Yuk Kepoin Potensi, Hambatan dan Keuntungan Hydropower di Indonesia

0
718

Tangerang, Nextgen — Tahukah kamu kalau kebutuhan listrik nasional terus meningkat setiap tahun. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat peningkatan yang terjadi mencapai angka 6,9 persen. Negara, dalam hal ini Perusahaan Listrik Negara (PLN), ‘dituntut’ untuk meningkatkan produksi listrik agar dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

Sebagai negara yang sebagian besar listriknya bergantung pada pembangkit tenaga batu bara, Indonesia cukup terusik dengan kondisi ini. Jumlah batu bara yang kian menipis membuat produktivitas PLTU menurun.

Dengan produksi tambang batubara sebanyak 600 juta ton per tahun, cadangan batu bara Indonesia hanya akan bertahan selama 65 tahun ke depan. Ya, hanya tersisa untuk tiga generasi lagi. Oleh karena itu dibutuhkan sumber-sumber lain yang bisa membantu memasok listrik untuk masyarakat.

Seberapa jauh indonesia mampu bergantung pada PLTA

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terpisah-pisah oleh banyak sekali perairan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat 74 persen dari luas wilayah indonesia adalah daerah perairan. Wilayah perairan ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai tempat membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Perairan Indonesia : Courtesy of mongabay.co.id

Potensi tersebut harapannya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan begitu, jumlah produksi batu bara akan menurun dan mampu bertahan untuk waktu yang lebih lama.

Lalu, seberapa besar proporsi PLTA mampu membantu PLTU?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2019 kebutuhan listrik per kapita Indonesia mencapai 1,08 Megawatt hour (MWH). Jika dihitung dengan jumlah penduduk Indonesia pada saat itu maka kebutuhan listrik Indonesia mencapai 293 ribu Gigawatt hour (GWH).

Guna memenuhi kebutuhan 293 ribu Gigawatt hour (GWH) butuh pembangkit dengan kapasitas 33 Gigawatt (GW) untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut. Tentunya jumlah ini tidak tetap, penambahan harus terus dilakukan mengingat kebutuhan listrik yang meningkat setiap tahunnya.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan perairan sebagai sumber untuk menghasilkan listrik. Kementerian ESDM mencatat Indonesia berpotensi menghasilkan listrik sebanyak 87 ribu Megawatt (MW). Dengan kata lain, dalam setahun Indonesia berpotensi menghasilkan listrik sebanyak 32 ribu Gigawatt (GW) dari PLTA.

Dengan jumlah tersebut, PLTA secara teori mampu memasok kebutuhan listrik Indonesia bahkan tanpa harus mengoperasikan PLTU. Namun, kenyataanya potensi PLTA yang terealisasikan masih sangat minim. 

Hambatan realisasi PLTA di Indonesia

Membangun PLTA tentunya tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan faktor investasi menjadi salah satu hal yang krusial. Meski dalam membangun PLTA biaya investasi yang dikeluarkan lebih sedikit ketimbang PLTU, performa pembangkit setelah beroperasi menjadi pertimbangan.

Pembangkit energi terbarukan, termasuk PLTA, memiliki sifat yang intermiten, dimana listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi alam. Performa PLTA sangat bergantung pada debit air yang memutar turbin. Semakin stabil debit air yang masuk ke turbin maka semakin terjamin intensitas listrik yang dihasilkan. 

Masalahnya, pada musim kemarau debit air berkurang secara drastis. Akibatnya turbin air tidak dapat menghasilkan listrik secara maksimal. Hal ini yang menjadi pertimbangkan jika suatu wilayah bergantung kepada PLTA. 

Musim kemarau sungai kering : Courtesy of inews.id

Alasan di atas setidaknya menjadi salah dua hambatan mengapa pemanfaatan potensi tenaga air di Indonesia masih sangat minim. Namun, hal tersebut dapat dioptimalkan dengan kebijakan pemerintah. Seperti yang sudah diumumkan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendorong eksplorasi di bidang energi terbarukan. Hal ini tentunya akan meningkatkan exposure dari PLTA.

Keuntungan jika pemanfaatan PLTA dioptimalkan

Meningkatnya exposure PLTA akan membawa dampak baik bagi Indonesia. Coba bayangkan, jika Indonesia terus bergantung pada PLTU, suatu saat cadangan batubara akan habis. Ketika cadangan batubara habis, mau tidak mau kita harus impor batu bara dari negara lain agar tetap mampu memenuhi kebutuhan listrik negara. Kegiatan impor ini tentunya akan menurunkan ketahanan energi negara mengingat pemenuhan listrik negara akan sangat dipengaruhi oleh kondisi negara eksportir.

PLTA secara utuh memanfaatkan debit air untuk menghasilkan listrik. Seperti yang kita ketahui bersama, air merupakan sumber yang terbarukan. Artinya, PLTA akan selalu bisa menghasilkan listrik. Selain menjadi cadangan jangka panjang, pengoptimalan penggunaan PLTA juga akan meningkatkan kualitas ketahanan energi negara.

Perairan memiliki batas yang jelas antara satu negara dengan negara lain. Dengan begitu, perairan yang berada diwilayah negara Indonesia bisa dieksplorasi dan dieksploitasi secara bebas tanpa pengaruh dari negara lain. 

Last but not least, PLTA merupakan pembangkit yang tidak menghasilkan emisi karbon pada pengoperasiannya. Karenanya, pengoptimalan penggunaan PLTA sama dengan pengoptimalan dalam menjaga bumi. Selama bumi terjaga dengan baik maka kehidupan yang ada di bumi bisa menikmati hidup dengan kondisi alam yang baik.

Mau berkontribusi menyelesaikan hambatan realisasi PLTA? Mau bantu Indonesia ekplorasi PLTA? Kuliah di jurusan Renewable Energy Engineering STEM Prasmul merupakan pilihan yang tepat buat kamu. Yuk kepoin disini.

Bagikan info inii ke orang-orang terdekatmu supaya mereka juga bisa tahu infomenarik ini. See ya!