Sustainable Design #2 : Stop Eksploitasi Kulit Hewan, Start-up Lokal Ciptakan Material ‘Kulit’ dari Jamur dan Limbah

0
558

Tangerang, Nextgen — Beberapa waktu lalu nextgen telah membahas topik seputar sustainable design atau desain berkelanjutan. Desain berkelanjutan dikenal sebagai proses desain yang tidak hanya mengedepankan nilai estetika dan fungsional, namun juga membahas soal added value yang ditawarkan dari sebuah produk. 

Sebuah produk menempuh proses yang panjang sebelum sampai kepada konsumen. Dimulai dari pemilihan material, penentuan proses manufaktur dan lain-lain. Nah, pembahasan kali ini akan berfokus pada pemilihan material untuk sebuah produk.

Saat ini, pemilihan material dari sebuah produk tidak lagi bisa ‘asal-asalan’. Material yang dipilih tidak lagi hanya mempertimbangkan spesifikasi sesuai dengan estetika dan kegunaan sebuah produk, namun juga harus mempertimbangkan keberlanjutan dari sumber material yang dipakai.

Keberlanjutan dari sumber material seperti apa yang dimaksud?

Apakah kamu pernah mendengar istilah tas dari kulit buaya atau tali pinggang dari kulit ular? Hal tersebut bukan hanya istilah ya! Memang benar beberapa industri fesyen menggunakan material dari kulit hewan untuk membuat produk yang indah dan menarik. Memangnya kenapa kalau tas dan tali pinggang terbuat dari kulit hewan?

Skenarionya begini, anggap suatu saat indonesia menjadi negara maju. Dengan begitu, otomatis taraf hidup masyarakat meningkat. Salah satu konsekuensi dari meningkatnya taraf hidup adalah masyarakat mulai aware dengan life-style khususnya di bidang fesyen. Ketika awareness terhadap urusan fesyen maka permintaan akan produk fesyen akan meningkat.

Sepatu, tas, tali pinggang dari kulit hewan sudah lazim dikenal sebagai produk fesyen ‘kelas atas’. Peningkatan permintaan produk fesyen kelas atas ini memicu eksploitasi pada hewan yang bagian tubuhnya merupakan material dari sebuah produk. Sederhananya, semakin banyak hewan yang ‘dibunuh’ untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Pada akhirnya, eksploitasi terhadap hewan-hewan tertentu akan membawa dampak yang buruk bagi ekosistem. Rantai makanan akan terganggu, jenis hewan tertentu menjadi langka dan dampak buruk lainnya. Oleh karena itu, produk yang ditawarkan saat ini harus menggunakan material yang menimbulkan efek buruk seminimum mungkin untuk memenuhi kriteria produk berkelanjutan.

Baru-baru ini, salah satu perusahaan startup lokal menunjukkan aksi nyata mereka terkait kepedulian dalam memilih material dari sebuah produk. Startup ini telah berhasil menciptakan material berasal dari limbah, yang diklaim mampu mengurangi penggunaan material kulit di industri fesyen. Yuk simak lebih lanjut!

Mycotech : Startup material yang memanfaatkan limbah untuk menciptakan material yang ramah lingkungan

Bioba. Courtesy of kontan.co.id

Mycotech merupakan perusahaan yang dibentuk oleh alumni (ITB) Institut Teknologi Bandung. Tujuan dari perusahaan ini adalah menciptakan material berkualitas tinggi dan berkelanjutan melalui proses-proses bioteknologi. Sesuai tujuannya, perusahaan ini memanfaatkan limbah dan sumber-sumber yang tidak langka dalam menciptakan sebuah material. Saat ini, Mycotech sudah memiliki dua produk utama yang sudah mendunia yaitu Bioba dan Mylea.

Bioba sendiri merupakan material yang dapat digunakan sebagai panel dekoratif untuk elemen interior dinding. Sedangkan Mylea merupakan material mirip kulit hewan yang bisa diolah menjadi menjadi sepatu, tas, dompet dan tali pinggang.

Mylea. Courtesy of cloudfront.net

Pendiri Mycotech terinspirasi pada proses pembuatan tempe yang memanfaatkan jamur bernama mycelium. Mycelium mampu mengikat kedelai menjadi satu kesatuan untuk membentuk tempe. Nah, berdasarkan prinsip kerja ini juga mylea diciptakan. Limbah seperti serbuk kayu, ampas serat tebu dan material lain yang mengandung selulosa akan ‘diikat’ menjadi satu kesatuan sehingga membentuk sebuah material.

Mycotech telah berhasil ‘unjuk gigi’ di kancah internasional dan berkolaborasi dengan berbagai industri fesyen ternama baik dalam negeri maupun luar negeri. Baru-baru ini industri fesyen asal jepang bernama Doublet meluncurkan koleksi terbarunya yang menggunakan material Mycotech. 

Pekerja Mycotech. Courtesy of cdn.timemedia.co.id

Selain dapat mengurangi eksploitasi terhadap hewan, Mycotech juga memberi dampak baik bagi kehidupan sosial. Mycotech memberdayakan para petani jamur dan pekerja lokal dalam proses produk dan operasional lainnya.

Menarik banget kan? Jangan lupa bagikan konten ini ke orang-orang terdekatmu supaya mereka gak ketinggalan info menarik ini. See ya!