Mungkin masih banyak dari kita yang belum pernah mendengar cabang bela diri ini. Memang Hapkido bisa dibilang baru di Indonesia. Hapkido merupakan bela diri yang cukup tua berasal dari Korea. Teknik-tekniknya pun bervariasi dari mulai teknik tangan dan teknik kaki yang kurang lebih sama dengan Taekwondo, senjata, serta teknik khasnya yaitu kuncian dan bantingan. Gerakan-gerakan di Hapkido cenderung melingkar atau memutar (circular motion), menggunakan prinsip leverage dan memanipulasi gaya (force) dari lawan. Prinsip-prinsip ini diterapkan agar dapat melumpuhkan lawan dengan tenaga seminimal mungkin.
Jika diperhatikan semua gerakan dalam beladiri Hapkido memakai banyak hukum fisika seperti moment of inertia, torque, leverage dan masih banyak lagi. Teknik di Hapkido tidak dapat dilatih sendiri hanya dengan melihat gerakan di kaca. Untuk menyempurnakan gerakan tersebut, dibutuhkan orang lain. Kadangkala atlet tidak dapat berlatih bersama pelatih. Untuk itu, atlet perlu mencari cara untuk memperbaiki atau menyempurnakan teknik gerakannya. Tidak hanya itu, gerakan seperti bantingan cukup susah untuk dipahami oleh beberapa murid karena sulit mencari gerakan, langkah kaki, posisi dan momen yang tepat agar dapat membanting atau mengunci lawan dengan efisien.
Momentum of Inertia
Melihat hal ini saya mendapat sebuah gagasan yang mungkin dapat menyelesaikan masalah-masalah di atas. Saya terinspirasi dari sebuah film berjudul “Ice Princess”, dimana sang tokoh utama melatih gerakan ice skating-nya dengan bantuan proyeksi gerakan komputer. Dari situ menurut saya, atlet akan dapat berlatih lebih efisien.
Dengan kecanggihan teknologi sekarang, sebuah program motion projector yang dapat digunakan di smart phone merupakan suatu hal yang dapat menjadi salah satu solusi. Motion sensor untuk mendeteksi gerak untuk olahraga memang sudah ada tetapi alat tersebut tidak dimiliki semua orang dan tidak praktis digunakan. Mungkin jika proyeksi gerakan dapat dilihat dengan aplikasi smart phone melalui augmented reality hal ini dapat memudahkan berlatih. Saat gerakan ditangkap oleh kamera smart phone, kita dapat melihat proyeksi dari sudut pengambilan, putaran atau mungkin di kemudian hari dapat mengukur gaya (force). Dengan ini, kita dapat melihat celah kesalahan yang harus diperbaiki.
Jika ide inovasi ini dapat terwujud saya berharap aplikasi ini juga dapat digunakan untuk banyak cabang olahraga lain. Tak hanya itu atlet pasti lebih cepat untuk mempelajari gerakan mereka. Dengan gerakan yang tepat, resiko cedera pada atlet akan berkurang.
Inspirasi inovasi ini dibuat oleh Lakeshia Erlino Kuswoyo
STEM-Z berharap bahwa ide inovasi tersebut bisa dilanjutkan ke tahap prototipe
yang pada akhirnya bisa di komersialkan dan produk bisa ditampilkan di dalam Innovation Display.