Perkembangan Peradaban Manusia dan Industri Pangan

0
2627

Bahan makanan telah dibutuhkan sejak awal peradaban manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Secara umum kebutuhan dasar manusia terdiri dari pakaian, makanan dan tempat tinggal (sandang, pangan dan papan). Pakaian dan tempat tinggal tidak merupakan kebutuhan kritis bagi manusia, karena kedua kebutuhan tersebut lebih terkait dengan kenyamanan hidup. Makanan merupakan kebutuhan yang kritis bagi manusia, karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan, kegiatan fisik dan kesehatan. Makanan merupakan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, yang diperlukan tubuh untuk energi bagi kegiatan fisik, pertumbuhan, dan mengatur proses metabolisme.

 

Zaman Purba

Pada awal peradaban manusia, manusia masih mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya, bahan makanan diperoleh dengan cara berburu binatang liar. Kemudian pada kehidupan selanjutnya manusia mulai menetap. Makanan diperoleh dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan di sekitar tempat mereka tinggal, terutama berupa umbi-umbian. Pada waktu manusia sudah mulai menetap di suatu daerah, mulailah mereka bercocok tanam yaitu dengan menanam jenis-jenis tanaman yang dapat menghasilkan bahan makanan.

Usaha-usaha untuk mengolah dan mengawetkan bahan makanan, baik bahan nabati maupun bahan hewani telah dikenal sejak awal peradaban manusia, misalnya penjemuran dan pengasapan hasil buruan, penyimpanan bahan makanan di dalam gua-gua es, penggaraman, dll. Semua usaha-usaha ini dilakukan untuk mempertahankan hidup pada saat keadaan tidak memungkinkan untuk mencari makanan. Pada saat sekarang usaha pengolahan dan pengawetan pangan telah berkembang menjadi suatu industri pangan yang luas.

 

Peradaban Modern

Pada era peradaban modern ini, konsumen semakin menuntut mutu dan kesegaran pangan. Konsumen akan semakin khawatir mengenai kesehatan, gizi, keamanan pangan dan berbagai cemaran mikrobiawi dan kimiawi yang mengganggu kesehatan atau menyebabkan penyakit, perhitungan harga serta kemudahan untuk mnyiapkan atau menghidangkannya. Dorongan ini menuntut pengembangan produk pangan baru dan inovasi teknologi pangan untuk menghasilkan beragam jenis dan bentuk pangan olahan untuk memenuhi keinginan konsumen. Selanjutnya bermunculah industry pangan. Secara garis besar, industri pangan mencakup tiga kegiatan, yaitu dimulai dari penyediaan bahan mentah (bahan baku), proses pengolahan dan distribusi.

  1. Penyediaan bahan mentah (bahan baku) meliputi kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan bahan pangan yang sesuai untuk memproduksi produk pangan yang direncanakan.
  1. Pengolahan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan proses pembuatan produk pangan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan bahan pangan tersebut.
  1. Distribusi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan penyimpanan, pengangkutan dan penjualan .

 

Industri pangan menghasilkan berbagai produk pangan olahan dalam bentuk makanan tradisional maupun modern. Produksi pangan olahan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik pasar local maupun ekspor.

Perubahan demografi juga terlihat dari makin banyaknya penduduk berusia muda yang lebih menyukai produk pangan olahan seperti snack, bakery, minuman dalam kemasan, serta produk olahan lainnya. Hal ini menjadi tantangan khusus bagi para pelaku industri pangan untuk menyediakan produk pangan sesuai dengan permintaan pasar tersebut. Makin banyaknya masyarakat urban juga telah memacu pertumbuhan industri pangan. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat perkotaan ternyata berbeda dengan pedesaan. Mereka memiliki pendapatan yang terus meningkat, sehingga daya beli pun bertambah. Mereka juga menyukai produk pangan yang dikemas, praktis dan mudah dalam penanganannya. Pasangan usia muda yang sama-sama bekerja menyebabkan seorang istri tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak di dapur. Maka, memasak masakan yang sudah diolah atau makan di luar rumah menjadi gaya hidup masyarakat urban saat ini.

 

Sarjana Teknologi Pangan

Industri pangan pada tahun-tahun mendatang akan tetap tumbuh dengan baik. Hal ini karena laju pertumbuhan penduduk yang berarti perlu suplai pangan, dan juga karena adanya perubahan demografi penduduk. Indonesia dan penduduk Asia pada umumnya memiliki indeks harapan hidup yang makin baik. Hal ini merupakan pangsa pasar tersendiri bagi industri pangan, karena penduduk seperti itu mempunyai daya beli kuat, sekaligus memerlukan produk pangan yang lebih berkualitas, lebih bergizi dan aman.

Mengolah bahan pangan disamping menaikkan nilai tambah juga menciptakan lapangan kerja baru. Bisnis pangan dapat dimulai dengan sangat mudah dan dengan jumlah modal yang relatif fleksibel, contohnya :

  • Biji kopi yang dijual dalam bentuk komoditi harganya berkisar Rp 20.000,- per kg. Jika telah dimasak (sangrai atau teknologi pangan tepat guna lainnya ), harganya menjadi Rp 100.000.- per kg, dan jika telah diberi merek dan dikemas dengan baik, harga naik dua kali menjadi Rp 200.000,- per kg. Harga tersebut berlipat menjadi 5 kali jika kopi dijual dalam kafe bergengsi dengan aneka fasilitas, menjadi rata-rata Rp 1.000.000,- per kg.
  • Singkong yang berupa komoditi dijual rata-rata Rp 500-750 per kg. Setelah diolah (dengan fermentasi sederhana), yaitu menjadi Modified Cassava Flour (MOCAF) harganya berlipat menjadi Rp 4.000-4.500 per kg.
  • Potensi hasil laut Indonesia, khususnya ikan cukup besar. Untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil ikan, mengingat ikan mudah busuk, perlu dibuat alternatif pengolahan atau pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan masa distribusinya. Teknologi pengawetan ikan yang biasa digunakan adalah pembekuan, pengalengan, pengasinan, pemindangan, atau pengasapan.

 

Sungguh, Indonesia sangat kaya akan bahan pangan baik di daratan maupun di lautan. Walaupun negeri ini belum memiliki teknologi sehebat Jerman, Amerika, Jepang, Korea dan negara maju lainnya, namun justru hal ini sebagai potensi bisnis dan kesempatan Indonesia menjadi negara Produsen Pangan terbesar di dunia. Tentulah Indonesia membutuhkan sarjana teknologi pangan atau ahli pangan dalam jumlah besar, yaitu ahli pangan yang mampu merancang proses pengolahan bahan pangan lokal tersebut dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmu terapan,  teknologi pangan dan bisnis untuk menghasilkan produk pangan yang aman,  bermutu dan berdaya saing.

 

*artikel dari DR. IR. H. Kaseno, M.Eng, STEM Faculty Member