Pengobatan Alternatif Diabetes Tipe 2 Menggunakan Pangan Fungsional

0
728

Inovasi sering dipandang sebagai penerapan solusi yang lebih baik serta memenuhi persyaratan dan kebutuhan yang belum terungkap maupun yang sudah ada. Di dunia yang terus menerus berkembang ini, kita sebagai individu dituntut untuk terus berinovasi untuk memecahkan permasalahan. Salah satu masalah global yang masih belum terpecahkan berkaitan dengan penyakit yakni diabetes melitus.  Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif sehingga terjadi kondisi hiperglikemia. Di Indonesia sendiri, diproyeksikan akan terjadi peningkatan prevalensi diabetes melitus tipe 2 (D2T) dari 6.2% (2017) menjadi 7.4% (2045). Oleh karena itu, kami mengangkat diabetes melitus ini sebagai topik inovasi kami.

Untuk mengatasi permasalahan ini, perubahan gaya hidup saja tidak cukup untuk mengurangi gejala D2T, dibutuhkan juga bantuan obat-obatan untuk mengatasinya. Contohnya adalah α-glukosidase yang berfungsi untuk mengurangi penyerapan glukosa setelah makan. Inhibitor α-glukosidase seperti acarbose adalah salah satu obat antidiabetes yang paling populer. Namun, penggunaan inhibitor α-glukosidase dapat mengakibatkan flatulens, diare, dan masalah pencernaan lainnya. Penggunaan bahan-bahan alami mempunyai potensi untuk mengatasi efek samping dari obat-obatan sintetis dan lebih terjangkau dari segi ekonomi serta ketersediaannya. Inovasi yang kami bawakan adalah penggunaan komponen bioaktif sebagai pengobatan D2T yang berasal dari tanaman herbal di Indonesia. Komponen bioaktif tersebut diteliti dengan skrining berbagai macam senyawa dari tumbuhan endemik Indonesia secara in silico (metode komputasi virtual).

Metode penelitian diawali dengan seleksi 40 senyawa tanaman herbal Indonesia dari berbagai literatur dan permodelan target protein yakni enzim α-glukosidase. Skrining dilakukan dengan proses docking antara target protein (α-glukosidase) dan ligan (40 senyawa potensial) menggunakan softwate Molecular Operation Environment (MOE). Sembilan senyawa potensial beserta sumbernya yaitu andrographolide (Andrographis paniculata), epicatechin (Camellia sinensis), eugenol (Cinnamomium zeylanicum), ethyl p-methoxycinnamate dan eucalyptol (Kaempferia galanga), thymoquinone (Nigella sativa), chavibetol (Piper betle L.), zingiberene dan zingerone (Zingiber officinale), telah menunjukkan aktivitas penghambatan yang baik secara in silico. Tujuh tanaman herbal tersebut dinilai cukup potensial digunakan sebagai komponen penyusun pangan fungsional atau suplemen pangan untuk mencegah maupun sebagai terapi awal D2T.

Berkat kerja keras dan arahan dari dosen pembimbing kami, Bapak Riyan Anggriawan, Ph.D., kami berhasil meraih juara III dalam National Invention Project Contest (NIPC) 2019 yang diadakan oleh Indonesian Scientific Society (ISS) dari sekian banyak peserta. Melalui lomba ini kami juga diberi kesempatan untuk lanjut mengikuti World Invention Creativity Olympic (WICO) di Korea Selatan 2020 nanti.

Inovasi lahir dari sebuah permasalahan, oleh sebab itu bagi teman-teman yang ingin berinovasi, mulailah dengan melihat masalah-masalah yang ada di sekitar kita.

Artikel ini ditulis oleh:

Sebastian Prathama (Food Business Technology 2017)

Owen Agitza Jaya (Food Business Technology 2017)