Tangerang, Nextgen — Pandemi merupakan akar masyarakat kian giat berinteraksi secara virtual. Lebih spesifiknya lagi, masyarakat modern saat ini sangat menggemari bisnis dan belanja online. Tentu hal ini dipelopori oleh e-commerce. Nah, sebenarnya apa sih itu e-commerce itu?
Definisi e-commerce menurut David Baum (1999) adalah satu set teknologi, aplikasi-aplikasi, dan proses bisnis yang dinamis untuk menghubungkan perusahaan, konsumen, dan masyarakat melalui transaksi elektronik dan pertukaran barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik.
Beberapa narasumber sependapat bahwa bisnis dan belanja online sangat menuai banyak manfaat. “Kalau jualan online itu kerja kita cuman nyatat dan bungkusin orderan. Gak perlu buka kios, hemat biaya, dan lain-lain” ucap Tiara.
Namun, dari sekian banyak dampak positif, e-commerce tentu memiliki dampak negatif pula. “Sejalan dengan penurunan keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama pada Juli 2021 juga mengalami penurunan, terutama pada jenis furnitur, perabot rumah tangga dan alat elektronik,”sebut BI (Muhammad choirul Anam, Compas.com).
Pernyataan diatas dilatarbelakangi pesimisnya pembeli terhadap kualitas barang yang beredar di e-commerce. Penjual kerap kali kewalahan menghadapi spam chat pembeli mengenai info barang. Oleh karena itu, ketimpangan barang asal kirim pun kerap sekali terjadi. Eksistensi pandemi memenjarakan kebebasan seseorang dalam pemuasan kebutuhan. Resolusi jitu akan problematis ini dengan melekati teknologi metaverse.
Konsep metaverse pertama kali diajukan pada 1992 oleh novelis Amerika Neal Stephenson dalam karya fiksi ilmiah klasiknya, Snow Crash. Film tersebut meramalkan internet sebagai ruang hidup virtual 3D, tempat individu masuk dan keluar, berinteraksi satu sama lain secara real time (Liberty Jemadu, suara.com).
Baca juga : Virtual Reality, Mahakarya Bidang Komputer yang Sulap Dunia Virtual Jadi Nyata
Melalui metaverse masing-masing individu akan berinteraksi seperti nyata. Mereka dapat melakukan proses tawar menawar, menyeleksi barang belian,dan mempertanyakan hal spesifik lainnya. Interaksi tersebut akan berlanjut hingga pembeli melihat sendiri barangnya sudah dalam proses pembungkusan.
Hal ini menyimpulkan bahwa metaverse merupakan pelopor e-commerce dalam ekonomi modern. Selain itu, metaverse juga berperan besar dalam meningkatkan taraf pendapatan masyarakat berbasis virtual melalui internet.
Inovasi Metaverse of interaction, selaku upaya untuk meningkatkan efisiensi emosional penjual tidak perlu kewalahan menghadapi spam pembeli. Desain metaverse direplikakan layaknya toko seperti biasa. Namun tetap dalam kondisi virtual. Oleh karenanya perekonomian digital akan menarik minat pembeli yang pesat. Imbuh masyarakat lebih kondusif jika berhadapan langsung dengan penjual. Dengan begitu, konsep ini akan mempermudah proses belanja online masyarakat meski dalam kondisi pandemi.