NextGeners pasti kenal dengan karakter Cyborg dalam film Justice League, Cyborg yang awalnya manusia setelah mengalami kecelakaan harus menjadi manusia setengah robot untuk tetap dapat bertahan hidup dan dapat bergerak. Nah mungkinkah hal seperti itu terjadi di dunia nyata? Inovasi dengan konsep seperti itu sudah ada , kalau NextGeners penasaran, mari simak sampai habis pembahasan STEM-Z kali ini.
Konsep dari inovasi tersebut adalah sebuah chip yang ditanam di otak dapat membantu orang yang lumpuh dapat bisa merasakan sentuhan lagi. Sistem tersebut bernama Brain Computer Interface (BCI). Sistem komputer canggih ini dikembangkan oleh sekelompok ilmuwan dari University of Pittsburgh dan UPMC (University of Pittsburg Medical Center) yang dipimpin oleh Robert Gaunt, Ph.D beliau adalah seorang asisten profesor di universitas tersebut.
Gaunt dan rekan-rekannya di University of Pittsburgh dan University of Pittsburgh Medical Center bertekad melangkah lebih jauh lagi. Mereka bereksperimen membuat anggota tubuh robotik “lebih mewujud”, membuatnya terasa bagaikan bagian tubuh, bukan sekedar alat.
Satu hasil yang penting dari penelitian tersebut adalah, teknologi simulasi-mikro pada sensor kortex dapat memberikan sensasi natural ketimbang hanya rasa gelitik”, ungkap salah satu tim peneliti Andrew B. Schwartz, P.h.D. simulasi ini aman dan pemberian sensasi relatif stabil hingga berbulan-bulan. Namun masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk dapat lebih memahami pola simulasi yang dibutuhkan untuk membantu pasien menghasilkan gerakan yang lebih baik.
Nathan Copeland (31), yang sebagian besar lumpuh dari dada ke bawah akibat kecelakaan mobil saat remaja, ikut terlibat. Tim ini menanamkan sensor kecil di otaknya—di korteks motor, yang mengendalikan gerakan spontan, dan di bagian korteks sensorik yang memproses sensasi di tangan. Lengan robotik pun diprogram untuk mengirim dan menerima sinyal.
Copeland, bisa mengidentifikasi—dengan akurasi 84,3 persen. “Saya bisa merasakan kesemua jari , ini sebuah sensasi yang sangat aneh” ucap Nathan satu bulan setelah operasi. “Kadang-kadang merasakan seperti tersetrum dan kadang sebuah tekanan, tapi yang paling penting, saya bisa memerintahkan hampir semua jari dengan sangat presisi. Ini seperti jari saya sedang disentuh atau ditekan.”
Sesuai dengan penjelasan Dr. Tyler-Kabara, saat ini Nathan hanya bisa merasakan sensasi sentuhan dan tekanan saja, belum bisa merasakan sensasi panas ataupun dingin. Namun tentu saja ini adalah sebuah kemajuan penting dalam penggabungan dunia pengobatan, kesehatan, serta teknologi sensor dan robotika. Michael Boninger, M.D., seorang profesor pengobatan fisik dan rehabilitasi di rumah sakit terkait, tak luput untuk memberi pujian kepada Gaunt dan timnya. Ia menyebut bahwa tim peneliti ini telah menghasilkan lompatan demi lompatan penelitian, dari mulai mempelajari pemrosesan sensor dan sinyal motorik di otak, hingga pengaplikasiannya kepada pasien.
Bgaimana pendapat NextGeners setelah membaca artikel tersebut, STEM-Z sangat suka, apalagi penelitian ini menggabungkan ilmu pengobatan, kesehatan dan juga teknologi komputer. STEM-Z juga berharap NextGeners setelah membaca ini memiliki motivasi untuk melakukan inovasi lainnya dan kita tunggu NextGeners untuk berinovasi di bidang Computer Systems Engineering.
Sumber Referensi:
http://www.upmc.com/media/NewsReleases/2016/Pages/bci_scitransl-lms.aspx
Sumber Gambar:
(Featured image)http://www.techeblog.com