Mengenal Sesat Pikir (Logical Fallacies)

0
2934

by: zss

Dalam berbagai dimensi kehidupan sosial, kita dihadapkan pada tantangan-tantangan berikut saat berinteraksi dengan orang banyak: bagaimana kita berbicara dengan menjunjung kebenaran dan fakta, menggunakan argumen, dan membuat orang lain menerima pendapat kita? Bagaimana kita dapat menghindari retorika dan omong kosong untuk terdengar persuasif dan meyakinkan namun tetap mengindahkan prinsip-prinsip berargumentasi yang baik? Pada kenyataannya,sayangnya trik retorik dan kekeliruan argumentasi yang dipengaruhi oleh emosi, popularitas, kekuasaan, dll sering kali muncul dalam dialog publik.

Argumentasi yang buruk mengandung apa yang disebut sebagai sesat pikir (logical fallacies). Penggunaan sesat pikir dan penolakan terhadap argumentasi yang baik berpotensi merusak tatanan kehidupan masyarakat apabila hal tersebut sudah sangat mengakar dalam kegiatan pengambilan keputusan dalam aspek kebijakan publik, pemerintahan, penyusunan aturan,dan penegakan hukum. Seseorang yang terlatih untuk berargumentasi logis dan berpikir kritis dapat membedakan argumen yang baik dan yang buruk. Dia juga dapat memahami bahwa hanya dengan menggunakan dan menerima argumen yang baik serta mengabaikan argumen yang buruk masyarakatnya akan semakin maju dan teratur.

Pembentukan kemampuan untuk berpikir kritis (critical thinking) dan berargumentasi logis pada dasarnya merupakan salah satu tujuan dari sebuah proses pendidikan yang baik.Diskusi dan interaksi rasional berbasis argumentasi sangatlah penting dalam memperkaya kegiatan pendidikan formal. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, peserta didik seharusnya sudah dibekali sedini mungkin dengan pengetahuan tentang apa itu sesat pikir dan seperti apa contoh-contohnya.

Artikel ini menguraikan secara singkat beberapa contoh logical fallacies dalam berargumentasi yang sering muncul di kehidupan kita sehari-hari. Pembaca diharapkan dapat mengapresiasi pentingnya kemampuan untuk mengidentifikasi logical fallacies, menghindarinya, serta juga melatih kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berargumentasi dengan baik.

 

  1. Strawman

Pelaku sesat pikir tipe strawman membalikkan argumen orang lain untuk mempermudah menyerang argumen tersebut. Dengan melebih-lebihkan, membalikkan, atau membuat-buat argumen orang lain, seolah-olah posisi kita akan lebih di atas angin, namun sesungguhnya ketidakjujuran ini merusak perdebatan rasional.

Contoh:

Menurut Lintang pemerintah harus mengalokasikan anggaran keuangan lebih banyak lagi untuk sektor pendidikan. Ikal merespon dengan mengatakan dia terkejut bahwa Lintang tidak mencintai negaranya karena anggaran yang lebih untuk pendidikan dasar berarti anggaran untuk pertahanan berkurang, sehingga pertahanan nasional akan melemah.

 

  1. Ad hominem

Pelaku sesat pikir ad hominem menyerang karakter atau pribadi lawan bicaranya dalam upaya menggiring opini untuk meragukan karakter lawan bicaranya itu.

Contoh:

Setelah calon walikota A mempresentasikan visinya tentang smart city dengan sangat lancar dan meyakinkan, calon walikota B menanyakan kepada penonton debat calon walikota apakah kita harus percaya pada walikota A yang jelas-jelas adalah mantan narapidana, tidak berkeluarga, dan tidak lulus kuliah.

 

  1. Bandwagon

Bandwagon fallacy ditunjukkan dengan mencoba memvalidasi sesuatu dengan mengacu pada sebuah ide yang sedang berkembang atau tren yang dilakukan atau dipercayai banyak orang.

Contoh:

Evo mengatakan bahwa dia mengkonsumsi air berkarbonat Ganken-Zuntuk meningkatkan kesehatannya karena semakin banyak orang di Jakarta yang mengkonsumsi minuman tersebut.

 

  1. Appeal to authority

Sesat pikir tipe ini ditunjukkan dengan mencoba memvalidasi suatu argumen dengan mengacu pada klaim yang sama oleh seseorang yang mempunyai wewenang atau dianggap kompeten. Perlu digarisbawahi bahwa sesat pikir ini bukan ditujukan untuk mengabaikan klaim orang yang punya wewenang tersebut. Kesalahan sesat pikir ini adalah pada hal pengacuan pada klaim lain tersebut.

Contoh:

Beru mempertahankan argumennya bahwa vaksinasi menyebabkan autisme dengan mengatakan bahwa dia kenal dengan seorang ilmuwan terkenal yang mengemukakan klaim yang sama, sehingga Beru pasti benar.

 

  1. Anecdotal

Sesat pikir ini menggunakan pengalaman pribadi atau contoh yang terisolasi, terutama untuk mengabaikan data statistik. Data saintifik dan statistik dianggap kurang akurat dan relevan daripada pengalaman pribadi.

Contoh:

Jeko mengatakan bahwa dia tidak percaya pengaruh buruk merokok terhadap kesehatan karena kakeknya menghisap 30 batang rokok per hari selama berpuluh-puluh tahun dan baru meninggal di usia 98 tahun.

 

Ada banyak jenis sesat pikir lainnya, antara lain appeal to nature, appeal to emotion, genetic, ambiguity, middle ground, no true Scotsman, burden of proof, black-or-white, dll. Jika pembaca tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang berbagai jenis sesat pikir tersebut, they’re only one Google search away! J.

 

Referensi:

http://www.scientiasocialis.lt/pec/files/pdf/vol61/18-27.Bregant_Vol.61.pdf

https://yourlogicalfallacyis.com/poster