Penelitian dan penemuan sumber energi alternatif sampai sekarang masih terus dilakukan, banyak yang menghasilkan produk-produk inovatif sumber energi alternatif, seperti yang NextGeners juga tahu, kita tidak bisa selamanya bergantung dengan sumber energi dari fosil, hal ini juga yang menyebabkan harga bahan bakar minyak kerap kali harganya naik. Salah satu sumber energi alternatif untuk mengatasi tersebut adalah dengan mengembangkan bahan bakar bio (biofuel).
Biofuel merupakan bahan bakar yang didapatkan dari biomassa. Biofuel yang cukup populer penggunaanya adalah metanol, etanol, minyak sayur dan turunannya. Sedangkan etanol sebagai bahan bakar alternatif dikenal dengan sebutan bioetanol. Bahan bakar bioetanol ini memiliki prospek pengembangan yang cukup menjanjikan karena memiliki sifat ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan permasalahan dari bahan bakar fosil seperti emisi CO2 , nitrogren oksida, dan pemanasan global. Bioetanol ini juga dapat dihasilkan dari bahan yang memiliki nilai ekonomi yang rendah loh.
Indonesia merupakan salah satu negara yang giat dalam menghasilkan sumber energi alternatif, seperti salah satunya yaitu menghasilkan bioetanol dari limbah kelapa sawit. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono menjelaskan bahwa pengembangan penelitian bioetanol sudah dilakukan sejak tahun 2008 dan proses pilot plan telah berjalan pada tahun 2010 sampai 2012.
Bioetanol dengan bahan bakar limbah kelapa sawit merupakan generasi ke-2 (G2) yang dikembangkan dari generasi pertama yang memakai bahan baku pangan, seperti singkong dan nira tebu. Bioetanol dari limbah kelapa sawit ini memiliki konsentrasi 99,5% yang siap digunakan untuk bahan bakar pengganti bensin. Agus juga mengatakan jika pilot plant Bioetanol G2 adalah satu-satunya yang ada di Indonesia dan menjadi bench-mark untuk proses produksi bioetanol berbasis lignoselulosa.
Namun untuk saat ini bioetanol tersebut memiliki harga Rp.25.000 per liter. Hal inilah yang membuat bioetanol dari limbah kelapa sawit ini belum banyak diproduksi. Agus mengatakan “Meskipun dari penilitian-penelitian sebelumnya harga sudah turun tapi belum maksimal, belum bisa menyaingi bahan bakar fosil. Waktu pertama kali membuat (Bioethanol G2) harganya Rp.200.000 per liter, kita terus melakukan efisiensi dan sekarang Rp.25.000 per liter. Kalau enzimnya sudah tidak impor harga bisa turun lagi”.
Dengan adanya sumber alternatif dari limbah kelapa sawit ini dapat membantu mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan, juga meningkatkan nilai tambah limbah industri minyak sawit. Kita berharap saja semoga harga dari bioetanol limbah minyak kelapa sawit ini bisa jauh lebih murah dari bahan bakar minyak fosil.
Apakah NextGeners tertarik dengan penemuan inovatif energi terbarukan? Jika NextGeners juga ingin membuat inovasi yang berhubungan dengan energi, maka kita tunggu NextGeners untuk berinovasi di bidang Entrepreneurial Energy Engineering.
Sumber Referensi:
http://www.greeners.co/berita/lipi-kembangkan-bioetanol-limbah-kelapa-sawit/
Sumber Gambar:
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id