Memanen Energi Listrik dari Radiasi Infra Merah

0
1527

NextGeners sudah tidak asing dengan yang namanya sinar infra merah pastinya, sebgaian besar pasti megnenalnya sebagai salah satu media transfer data melalui telepon gengam ataupun melalui kamera perekam untuk diruang tanpa cahaya. Radiasi infra merah ini pertama kali ditemukan oleh William Herschel pada tahun 1800. Panas dari benda panas dipancarkan dalam bentuk radiasi infra merah. Panas yang NextGeners rasakan dari sinar matahari adalah radiasi infra merah, maka sebab itu matahari menjadi sumber radiasi infra merah. Seluruh bagian bumi di sinari matahari dan menyerap panasnya, mulai dari permukaan daratan, lautan, termasuk lapisan atmosfir yang memberikan radiasi infra merah begitu berlimpah  dan diperkirakan jumlahnya jutaan Gigawatts per detik.

Melihat besarnya jumlah radiasi infra merah ini, tim periset di KAUST (King Abdullah University of Science and  Technology) telah mengembangkan perangkat yang dapat menyerap energi panas bumi yang berasal dari paparan radiasi infra merah tersebut dan mengubahnya menjadi energi listrik melalui terowongan kuantum. Masih asing pasti ya mendengar terowongan kuantum? Terowongan kuantum dalam mekanika kuantum merupakan salah satu fenomena beskala nano dimana sebuah partikel melanggar asas mekanika klasik dengan menembus melanggar sawar potensial (penghalang potensial) maupun impedansi yang lebih tinggi dari energi kinetisnya partikel.

Dengan menggunakan terowongan kuantum untuk memanen listrik dari panas bumi tersebut membuthukan sebuah ‘antena’ yang telah dibuat dengan rancangan khusus yang dapat mengidentifikasi kelebihan panas tersebut sebagai gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi dan kemudian mengubah sinyal menjadi muatan listrik langsung. perangkat tunneling tersebut dikenal  sebagai Metal-Insulator-Metal (MIM) diode.

Teknologi ini juga bisa diterapkan pada panel surya yang saat ini hanya dapat memanen sebagian kecil potensi panas dan energi cahaya yang tersedia untuk energi listrik. Karena panel surya dibatasi oleh waktu (hanya digunakan siang hari) dan kondisi cuaca, sedangkan panas dari radiasi infra merah dapat dipanen selama 24 jam sehari.

Inovasi ini merupakan salah satu cara untuk mengolah  panas infra merah sebagai gelombang elekromagnetik frekuensi tinggi. “Ini baru permulaan dan merupakan bukti konsep, kita bisa memiliki jutaan perangkat yang terhubung untuk meningkatkan pembangkit listrik secara keseluruhan” ungkap Atif Shamim selaku pemimpin proyek penelitian tersebut.

Tertarik kah kalian dengan inovasi seperti itu? Jika NextGeners juga ingin membat inovasi seperti yang dilakukan tim periset di KAUST, maka kita tunggu NextGeners untuk berinovasi di bidang Entrepreneurial Energy Engineering.

Sumber Referensi:

https://www.sciencealert.com/quantum-tunnelling-could-harvest-energy-from-planet-infrared-heat

https://phys.org/news/2018-02-diode-ultrafast-quantum-tunneling-harvest.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Penerowongan_kuantum

Sumber Gambar:

https://phys.org

http://www.astfindonesia.com

https://inhabitat.com