Salah satu anak bangsa Indonesia telah melakukan inovasi dalam bidang energi terbarukan, sosok pemuda ini adalah Satria Pinandita yang membuat produk berupa lampu taman biopori, untuk menghasilkan produk inovatif ini tidak dilakukan sendiri loh NextGeners, untuk membuat lampu taman biopori ini dilakukan bersama oleh Nunung Eni Elawati.
Ide ini muncul pertama kali dari penelitian potensi energi tanah merah yang dilakukan oleh Satria bersama kedua rekannya saat masih kuliah di Universitas Dian Nuswanto sekitar tahun 2011, penelitiannya tersebut berhasil membuatnya meraih juara favorit Electrical Innovation Award 2013 Tingkat Nasional. Setelah lulus sekitar tahun 2014 dia berpikir bagaimana menghasilkan sebuah produk energi terbarukan. Akhirnya dia bertemu dengan Nunung Eni Elawati yang memiliki background dalam bidang biologi (sedangkan Satria memiliki background dalam bidang elektro). Satria mengungkapkan seperti tertulis di halaman tribunnews, “Berawal dari energi tanah merah (Etam) tersebut, saya mengajak rekan untuk bergabung membuat produk energi terbarukan dan tentunya bisa bermanfaat bagi masyarakat secara lebih meluas.”
Hasil kolaborasi tersebut menghasilkan produk inovatif lampu taman Biopori Smart Light Renewable Energy. Produk inovatif tersebut berhasil meraih juara III lomba Krenova Tingkat kota Semarang.Satria yakin,ada cukup ba nyak manfaat yang diperoleh ketika pihak tertentu menggunakan lampu taman Biopori tersebut. lampu taman tersebut tidak perlu menggunakan listrik. Energi listrik yang diperoleh justru berkebalikan dengan produk solar cell yang berasal dari sinar ultra violet, karena produk tersebut justru dari air tanah.
Satria mengungkapkan “energi bakal dihasilkan ketika hujan dan otomatis menyala saat lingkungan sudah gelap. Seandainya tidak ada hujan, cukup seperti layaknya menyirami tanaman. Kunci utamanya adalah tanah harus basah dan lembab pada elektroda yang tertanam di dalam biopori”.
Satria dan Nunung bersama Prototipe lampu
Satria juga membeberkan, isi yang terdapat pada elektroda tersebut adalah tanah merah yang telah dikeringkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk hingga halus. Dari situ lalu dibuat ukuran 60 mesh. Setelah itu semua siap, tanah dibungkus ke kain spunbond. “Di sinilah dalam pembuatan elektroda. Di antara tanah tersebut, diselipkan seng dan tembaga yang sebelumnya juga telah disolder atau terangkai dengan kabel. Posisinya harus ada celah agar bisa menghasilkan ion sebagai penghantarnya, setelah itu, elektroda itu dirangkai seri. Jumlahnya ada sekitar 14 elektroda dalam satu paralon biopori. Di bagian atas paralon biopori, terpasang juga paralon untuk menempatkan baterai dan di bagian paling atas (ujung) untuk lampu.
Secara otomatis sensor akan menyala saat gelap atau malam hari. Tinggi produk total sekitar 1 meter. Paralon yang ditanam ke tanah sekitar 60 sentimeter dan paralon biopori tersebut sengaja diberi lubang-lubang kecil agar air yang masuk mudah meresap. Jika kebanyakan air, tidak bisa charging, ungkap Satria.
satu produk dipasarkan dengan harga 350 ribu rupiah. Dalam proses produksinya pun para ibu rumah tangga dilibatkan khususnya dalam pembuatan elektroda. Produk tersebut sudah berhasil dipasarkan hingga Padang Sumatera Barat dan Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB).
Keren ya inovasi yang dihasilkan oleh Satria dan Nunung tersebut di tengah jaman yang mulai sulit akan sumber energi minyak bumi. Apa kalian juga ingin melakukan hal inovasi yang berguna bagi masyarakat dan lingkungan? Yuk NextGeners kita tunggu kalian untuk berinovasi di bidang Renewable Energy Engineering.
Sumber Referensi:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/04/30/berawal-dari-penelitian-hingga-menjadi-perusahaan
https://www.ilmutekniksipil.com/rekayasa-sumber-daya-air/memanen-air-hujan-dengan-biopori
Sumber Gambar: