Apakah Anda pernah mendengar sebuah istilah kata laktase? Atau mungkin lactose intolerance atau lactase deficiency. Mungkin Anda sudah sering mendengar dan mengetahui apa itu laktosa. Laktosa adalah gula disakarida yang banyak terkandung pada produk seperti susu yang dapat dipecah menjadi gugus glukosa dan galaktosa. Manusia pada umumnya membutuhkan produk-produk yang mengandung laktosa terutama pada anak kecil yang baru tumbuh. Susu ASI sendiri memiliki kandungan laktosa yang cukup tinggi. Namun, apa jadinya bila tubuh tidak dapat menerima dan mencerna kandungan laktosa tersebut? Apakah efek buruk yang dapat ditimbulkan dari hal tersebut? Kondisi inilah yang didapati pada beberapa orang dan dikenal sebagai lactose intolerance atau lactase deficiency. Beberapa gejala seperti muntah, diare, nausea dan lainya pun dapat disebabkan oleh hal ini. Terlebih lagi, lactose intolerance bukanlah hal yang jarang ditemukan di masyarakat. Oleh karena itu, simak terus artikel ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan ini.
Tubuh manusia secara natural memiliki enzim laktase dalam tubuh. Seperti enzim dalam tubuh lainya, laktase memiliki peran penting dalam tubuh dan bekerja secara spesifik untuk memecah gugus gula laktosa menjadi glukosa dan galaktosa agar dapat dicerna dengan baik. Secara umum anak yang baru lahir memiliki aktivitas laktase maksimal, namun setelah melewati usia 12 tahun, mereka terbagi menjadi 2 kelompok besar yakni kelompok yang mempertahankan aktivitas laktase mereka sampai tumbuh dewasa (lactose tolerant) dan kelompok yang memiliki aktivitas laktase yang rendah (lactose intolerant). Alhasil, tubuh dapat mengalami komplikasi dan berunjuk pada gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan diatas. Kelompok lactose intolerant pun tidak dapat mengonsumsi produk-produk yang mengandung laktosa seperti susu, keju, yoghurt, dll. Padahal, produk berbasis susu memiliki kandungan mineral kalsium dan fosfor yang baik untuk kesehatan serta protein untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Seiring perkembangan teknologi industri di bidang pangan, berbagai cara telah ditemukan untuk mengatasi hal ini. Penemuan terkini menunjukan bahwa suatu produk yang mengandung laktosa secara natural dapat diproses sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita lactose intolerance. Produk-produk yang telah diproses inilah yang dikenal sebagai produk lactose-free. Produk ini terus berkembang dikarenakan nilai persentase populasi yang tidak bisa mengkonsumsi produk yang mengandung laktosa cukup tinggi. Dengan adanya produk ini, setiap orang yang memiliki lactose intolerance tetap dapat menikmati produk ini layaknya orang biasa. Selain itu, orang-orang yang memiliki lactose intolerance juga dapat membeli enzim laktase yang sekarang sudah dijual di berbagai tempat. Enzim ini dapat digunakan untuk memproses produk-produk yang mengandung laktosa. Dengan menambahkan enzim ini, laktosa dalam produk tersebut akan dipecah sehingga menjadi produk lactose-free.
Teknologi ini memiliki suatu mekanisme untuk memecah laktosa sehingga dapat menjadi produk lactose-free. Mekanisme tersebut adalah dengan menghidrolisis laktosa pada ikatan glikosidik beta-(1→4) pada molekul laktosa sehingga akan terpecah menjadi 2 monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa. Kedua gugus tersebut merupakan gugus gula yang sederhana sehingga tubuh manusia, sekalipun lactose intolerant, dapat mencerna tanpa ada hambatan,
Produk-produk hasil teknologi ini memiliki banyak manfaat untuk lingkungan dan juga konsumen. Bagi lingkungan sekitar, dampak positif yang akan terlihat adalah berkurangnya dairy product waste serta penggunaan produk yang lebih baik dan variatif. Bagi konsumen, sebagian besar populasi lactose intolerant dapat mengkonsumsi produk yang enak dan memiliki banyak nutrisi tanpa memiliki efek samping.
Dibuat oleh :
Abiyu Adiwarna, Ferdinand Kenji, Owen Agitza
Nice.. cuma ada yang kurang penjelasannya, kelompok enzimnya belum dijelaskan secara rinci