Industri kreatif Indonesia terus berkembang di berbagai sektor seiring dengan meningkatnya jumlah pengusaha lokal. Termasuk industri fesyen, yang sudah ditetapkan oleh Badan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu dari enam belas sektor unggulan ekonomi kreatif di Indonesia.
Tahun 2017 sektor fesyen menyumbang sebesar 41,4 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif. Jumlah fantastis ini didapat melalui berbagai produk mulai dari pakaian, tas, hingga sepatu. Ya, sepatu merek lokal memang mulai menjamur di berbagai kalangan milenial, mulai dari pelajar, mahasiswa sampai pekerja kantoran. Entah karena desain, kualitas atau tagar #LocalPride, tapi jelas ini adalah awal yang baik untuk perkembangan industri kreatif di Indonesia.
Sepatu mereklokal seperti Compass dan Ventela sudah ada sebelum tahun 2010. Namun merek ini baru benar-benar booming pada awal 2018. Saat merek sepatu global sudah punya basis penggemar dan pasar yang luas di Indonesia, merek sepatu lokal baru menjadi tren fesyen di kalangan anak muda. Tentunya ini menjadi tantangan bagi sepatu merek lokal. mereka harus bersaing dan bertahan di tengah ‘gempuran’ sepatu merek global, seperti Vans, Nike dan Adidas. Jangan sampai produk lokal justru kalah di tempat asalnya. Seperti sepatu ARL Footwear ‘gulung tikar’ di tahun 2018. Kemudian Seba Shoes dan beberapa merek baru lain yang menghilang setelah menjual beberapa produk di pasaran.
Selain bersaing dari segi harga, mereksepatu lokal juga harus bisa bersaing dalam hal desain dan kualitas. Desain yang dibuat harus sesuai dengan target market. Misalnya anak muda identik dengan gaya kasual dan trendi. Sementara pekerja kantor identik dengan sepatu formal. Penting bagi merek sepatu lokal mempertimbangkan aspek-aspek tersebut.
[…] Baca juga : Jatuh Bangun Merek Sepatu Lokal ‘Bertarung’ dengan Merek Sepatu Global […]
[…] Baca juga : Jatuh Bangun Merek Sepatu Lokal ‘Bertarung’ dengan Merek Sepatu Global […]