Buat kamu yang sering kepoin NextGen, pastinya sudah tidak asing dengan istilah experience-based learning dan program Co-operational yang diunggulkan di STEM Prasmul. Program Co-op memang sudah seperti ‘makcomblang’ antara mahasiswa dan perusahaan-perusahaan terkemuka. Seperti ‘makcomblang’ pada umumnya, Co-op memberikan tips yang sangat berguna mulai dari penyaluran, persiapan interview, hingga hal-hal detail lainnya.
“Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman” kata kakak-kakak yang ada di balik layar Co-op. Bukan hanya para pekerja yang punya istilah work life balance, di dunia mahasiswa Co-op juga memberikan theory practice balance melalui magang secara berkala dengan akumulasinya hingga satu tahun. Namun, sebelum terlalu jauh, mari kita bahas apa itu experiential learning?
Asal Usul Experiential Learning
Pada dunia pendidikan, model experiential learning ini bukanlah suatu istilah baru. Pada tahun 1984, muncul teori pembelajaran dengan istilah Kolb’s Experiential Learning Theory. David Kolb mendefinisikan pembelajaran eksperiensial sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan ini dihasilkan dari kombinasi dari mengumpulkan dan mengekstraksi pengalaman yang telah diperoleh.
Kolb’s Experiential Learning Theory menyajikan siklus empat elemen, yakni pengalaman konkret, pengamatan reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif. Siklus dari teori pembelajaran ini dimulai dari proses yang memberikan pengalaman bagi mahasiswa.
Pengalaman ini perlu diikuti refleksi dari pengalaman tersebut. Kemudian, mahasiswa dapat membuat konsep dan menarik kesimpulan dari apa yang mereka alami dan amati yang mengarah ke tindakan masa depan di mana siswa bereksperimen dengan perilaku yang berbeda.
Pada siklus ini, pengalaman yang terjadi menjadi dasar pengambilan keputusan pada kegiatan di masa depan yang mana membentuk siklus pembelajaran yang berkelanjutan. Proses dapat dibagi menjadi dua konsep, yakni langkah pertama dan langkah keempat merupakan komponen konkret, sedangkan pada Langkah kedua dan ketiga merupakan komponen konseptual, yang mana memerlukan berbagai perilaku kognitif dan afektif.
Komponen Penting Experience-Based Learning
Pada tahun 2000, Adresen, Boud, dan Cohen memberikan daftar kriteria untuk experience-based learning. Pada publikasi tersebut dinyatakan bahwa agar program pembelajaran yang memanfaatkan experience-based learning berjalan dengan optimal dan memberikan pengalaman yang baik maka diperlukan beberapa atribut berikut.
- Tujuan dari experience-based learning sebisanya melibatkan sesuatu yang secara pribadi bermakna bagi pelajar atau mahasiswa. Misalnya, untuk program Co-op yang diberikan secara opsional (tidak terpaksa) untuk membuat mahasiswa mengikuti program ini berdasarkan alasan yang personal, baik mencari skillset ataupun alasan lain.
- Siswa harus terlibat secara pribadi pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
- Dilakukan pemikiran reflektif dan kesempatan bagi siswa untuk menulis atau mendiskusikan pengalaman mereka harus terus berlanjut selama proses, tidak hanya di akhir kegiatan.
- Seluruh stakeholders atau orang-orang yang terlibat tidak hanya berkontribusi secara kecerdasan/pengetahuan namun juga kepribadian dan perasaan mereka.
- Pengetahuan ataupun hasil pembelajaran mahasiswa yang telah dimiliki sebelumnya harus diakui untuk proses pembelajaran yang dilakukan.
- Guru/dosen/mentor perlu membangun rasa percaya, hormat, keterbukaan, dan kepedulian terhadap kesejahteraan pelajar.
Contoh Kegiatan Experience-Based Learning
Berbagai kegiatan dapat menjadi bagian dari experience-based learning, seperti Co-op, Academic internship, research project, industry related project, pemberdayaan pada masyarakat (community service) dan kegiatan lain. Di STEM Prasmul yang memberikan skill masa depan mengedepankan kolaborasi yang kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Kegiatan-kegiatan di atas dengan mudah ditemukan di STEM Prasmul. Walaupun kurang popular di Indonesia, program Co-operational banyak dilakukan di universitas luar negeri. Di STEM Prasmul, seluruh program studi memiliki program Co-op ataupun academic internship atau yang lebih dikenal sebagai magang.
Selain proses magang, di STEM Prasmul dilaksanakan tugas akhir di setiap semester yang dikerjakan secara kelompok. Tugas akhir ini bisa bervariasi, mulai dari open-ended lab project ataupun tugas-tugas lainnya. Hal yang penting dari projek ini adalah konten yang mengambil kasus-kasus di industri, sehingga konsep-konsep yang dipelajari dan dipraktekan dalam bentuk studi kasus sudah kontekstual dengan isu di industri.
Di sisi lain, di STEM Prasmul terdapat program STEMPreneur yang dapat memfasilitasi proyek, ide bisnis, start-up dalam mengembangkannya ke tahap komersial. Di sisi lain, riset-riset mahasiswa dapat difasilitasi baik dilakukan oleh mahasiswa ataupun oleh faculty member (dosen) yang dibantu oleh mahasiswa.
Apakah kamu juga ingin menjadi mahasiswa ready talent dengan bekal kompetensi dan skill set setelah lulus? Experience-based learning menjadi sistem belajar yang sangat kamu butuhkan. STEM Prasmul merupakan salah satu pilihanmu, yuk kepoin disini (Jus).