Sepertinya kita sudah tidak asing lagi mendengar kata “jali-jali”, ya tepat sekali! Jali-jali merupakan salah satu lagu daerah betawi yang berasal dari Indonesia. Namun, jali-jali yang kali ini akan kita bahas adalah salah satu tanaman dari suku padi-padian.
Jali juga dikenal dengan hanjeli, job’s tears, adlay, dan coix seed, serta dengan nama latin Coix Lacryma-jobi. Jali merupakan kelompok tanaman serealia keluarga poaceae, tanaman ini mudah sekali tumbuh di daerah tropis.
Jali memiliki potensi besar menjadi pangan serealia diversifikasi dan sudah diketahui masyarakat Indonesia terutama di daerah Jawa Barat. Masyarakat Indonesia umumnya mengolah dan mengkonsumsi jali dengan dibuat menjadi bubur, minuman, kue hingga produk fermentasi.
Namun saat ini eksistensi jali cukup menurun, hal itu ditandai dari kurangnya generasi muda mengenal jenis tanaman ini. Jali merupakan komoditas yang belum banyak dibudidayakan petani Indonesia serta penelitian tentang budidaya dan pasca panennya masih belum banyak diungkap sehingga teknologi budidayanya pun sangat terbatas (Juhaeti, 2016).
Nah, pada artikel ini kita akan kupas lebih dalam terkait potensi jali dari karakteristik, kandungan yang dimiliki, proses budidaya, penanganan dan pengolahan, serta contoh produk olahan jali yang telah ada di pasaran.
Karakteristik Jali
Tanaman jali menyerupai tanaman padi, yang memiliki tulang daun sejajar, namun biji jali berbentuk lonjong bulat dengan kulit permukaan bercangkang. Jali dibagi menjadi dua jenis yaitu jali ketan dan jali batu (Hadipranoto, 2018).
Jenis jali ketan bertekstur lebih lunak dan warna lebih kusam, jenis ini biasanya dimanfaatkan sebagai obat dan bahan pangan hal itu karena tekstur dan proses pengolahannya yang sederhana. Berbeda dengan jenis jali batu yang dimanfaatkan sebagai pernak-pernik dengan kulit yang keras pada bagian aleukarp.
Kandungan Biji Jali
Dalam 100 gram jali mengandung 76.4 persen karbohidrat, 14.1 persen protein, 8 persen lemak nabati, dan 0.9 persen serat, serta beberapa mineral seperti 54 miligram kalsium, 0.8 miligram ferum, 0.48 mg vitamin B1, 0.1 mg vitamin B2, dan 2.7 mg niasin. Kandungan kimia yang cukup lengkap ini mengandung gizi setara dengan beras dan serealia lainnya seperti barley, dan sebagainya.
Baca juga : Cola Nut, Bahan Rahasia Coca Cola
Selain itu, jali juga mengandung suatu senyawa bioaktif yang disebut dengan coixenolide. Coixenolide diteliti dapat menjadi suatu zat anti-kanker dan antioksidan yang berfungsi bagi kesehatan tubuh. Zat antioksidan ini dapat digunakan untuk membuang radikal bebas yang ada pada tubuh. Walaupun begitu, ada zat tanin pada jali ini yang merupakan salah satu anti-nutrisi yang mengganggu pencernaan khususnya pencernaan protein (Chaisiricharoenkul, 2011).
Budidaya Tanaman Jali
Berdasarkan hasil penelitian di Biologi-LIPI Cibinong, oleh Juhaeti dkk (2021) menyatakan bahwa budidaya jali dapat dilakukan di tempat terbuka dan tempat tertutup. Jali yang ditanam di tempat tertutup masih dapat tumbuh dengan baik sampai naungan 50 persen, di atas naungan 50 persen pertumbuhan tanaman sangat terhambat. Oleh karena itu, jali yang ditanam di tempat tertutup tumbuh lebih tinggi dibandingkan di tempat terbuka.
Namun, produksi jali di lahan terbuka lebih tinggi dibandingkan lahan tertutup. Budidaya jali juga memerlukan pupuk untuk pertumbuhannya yang lebih optimal. Pupuk dapat diberikan dalam bentuk pupuk majemuk dan pupuk tunggal sesuai takaran yang tepat. Jarak tanam dianjurkan pada panjang 70 x 100 sentimeter.
Pengairan yang cukup juga sangat diperlukan khususnya pada awal pertumbuhan, sehingga jali baik jika ditanam saat awal musim hujan. Setelah fase pembungaan, tanaman relatif lebih tahan kekeringan. Panen dilakukan pada umur jali lima hingga enam bulan setelah tanam.
Pasca Panen Jali
Pemanenan batang tanaman jali yang telah berbuah dan matang dengan cara memotong 30 sentimeter dari ujung batang, dengan ciri biji yang siap panen adalah warna kulit biji sudah coklat.
Jali yang telah dipanen disusun dalam malai. Kemudian pemisahan biji akan diproses dari batang yang telah dipanen dengan cara dibanting atau dipukul tahap ini dikenal sebagai perontokan biji dari malainya atau threshing.
Setelah itu jali dipindahkan ke tempat produksi lebih lanjut. Kemudian biji dipanaskan dengan metode yang digunakan untuk mengeringkan yang dianggap paling efisien dan efektif adalah heat drying. Kemudian tahap selanjutnya, jali dikupas (dehulling) menjadi beras jali yang dilakukan menggunakan mesin penggiling. Tahapan berikutnya disosoh sambil dipanaskan kembali, sehingga didapatkan beras jali yang berwarna putih yang siap dikemas dan dipasarkan (Juhaeti, 2021).
Produk Olahan Jali
Buat kalian yang ingin mencoba mengolahnya, kandungan nutrisi dan karakteristik dari jali ini membuat biji jali cocok untuk dibuat menjadi berbagai macam produk olahan juga lho! Produk olahan pangan yang paling umum ditemukan adalah tepung jali yang merupakan tepung gluten-free namun berprotein rendah. Selanjutnya ada suplemen kesehatan dan pengobatan yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan karena seperti yang tertulis di bagian atas, jali mengandung senyawa aktif coixenolide yang digunakan sebagai zat anti-kanker.
Nah yang selanjutnya ini adalah yang biasa diminati oleh perempuan-perempuan zaman now nih! Ya, produk ini adalah produk skincare. Telah terdapat produk kecantikan atau perawatan yang berbahan dasar dari biji jali yang telah diolah menjadi produk kecantikan cair.
Biji jali dapat membuat kulit tampak lebih segar dan cerah karena adanya kandungan antioksidan.Oleh karena itu, produk skincare ini yang berasal dari biji jali diminati oleh konsumen sebagai produk perawatan kulit.
Tidak hanya itu, ada juga produk-produk olahan sampingan yang lebih tradisional seperti tape jali hasil fermentasi, bubur jali untuk dikonsumsi, sampai ke perhiasan dan pernak-pernik dari biji jali yang berkulit keras.
Dengan berbagai kandungan nutrisi dan manfaat yang diberikan jali, dapat dikatakan bahwa komoditas pangan ini merupakan suatu komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Terutama, kondisi wilayah Indonesia mendukung tumbuhnya tumbuhan jali.
Banyak potensi yang dapat didapatkan dari budidaya tanaman jali sebagai komoditas pangan dengan banyak nya produk olahan serta sampingan. Jadi gimana temen-temen? Tertarik gak untuk mencicip komoditas serealia yang satu ini?
Referensi
Chaisiricharoenkul, J., Tongta, S., & Intarapichet, K. O. (2011). Structure and chemical and physicochemical properties of Job’s tear (Coix lacryma-jobi L.) kernels and flours. Suranaree J. Sci. Technol, 18(2), 109-22. Diakses pada 13 September 2021 dari http://www.medicinabiomolecular.com.br/biblioteca/pdfs/Cancer/ca-2727.pdf.
Juhaeti, T., Setyowati, N., dan Gunawan, I. (2021). Pemanfaatan dan Prospek Serealia Minor Jali (Coix lacryma-jobi L.) dalam Pembuatan Kuliner Untuk Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga. Jurnal Pengabdian Multidisiplin. Volume 3 Nomor 2, 6- 17.
Juhaeti, T. (2016). Fisiologi Perkecambahan dan Fase Pertumbuhan Jali (Coix Lachryma-jobi) Sebagai Dasar Budidayanya [Online]. Diakses pada 25 Desember 2021, pada tautan http://lipi.go.id/publikasi/fisiologi-perkecambahan-dan-fase-per tumbuhan-jali-coix-lachryma-jobi–sebagai-dasar-budidayanya/3850
Hadipranoto, F.S. (2018) Pengaruh Substitusi Tepung Jali (Coix Lacryma-Jobi L.) & Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Kualitas Fisikokimia & Sensori Bolu Kukus. Other Thesis, Unika Soegijapranata Semarang.
Suryatiningsih, (2021). 7 Langkah Sukses Budidaya Tanaman Jali Sampai Panen [Online]. Diakses pada 25 Desember 2021, pada tautan https://paktanidigital.com/ artikel/langkah-sukses-budidaya-tanaman-jali/#.YcgV0GhBzIU