Hallo NextGeners, STEM-Z juga berkesempatan mengadakan wawancara dengan salah satu NextGeners yang memiliki bakat melukis lainnya loh, yaitu Margareta Winny. Simak yuk hasil wawancara STEM-Z dengan Winny berikut ini yang penuh dengan inspirasi dan inovasi.
Sejak kapan Winny belajar melukis?
Saya belajar menggambar dari TK, atau bahkan sebelum TK yah, saya nggak terlalu ingat. Tapi kalau belajar melukis, saya mulai dari kelas 2 SMP.
Siapa yang mengajarkan Winny melukis/menggambar?
Selama ini saya lebih banyak belajar menggambar dan melukis sendiri. Meskipun terkadang ada teman atau guru yang ajarin juga dan kasih tips dari segi teknik supaya lebih bagus lagi.
Apakah Winny pernah ikut les/kursus menggambar/melukis?
Pernah, tapi sudah lama sekali.
Kapan Winny ikut les menggambar/melukis?
Saat saya kelas 1 SD.
Berapa lama Winny ikut les?
Cuma sebentar, cuma beberapa bulan saja. Nggak sampai setahun.
Kenapa Winny tertarik pada dunia seni gambar/lukis?
Dengan melukis, saya seperti menemukan dunia saya sendiri. Saya bisa menuangkan segala hal yang saya inginkan, apa yang ingin saya ciptakan, dan hasilnya bisa saya nikmati sendiri.
Dengan media apa saja Winny biasanya berkreasi dengan lukisannya?
Saya suka menggambar pakai charcoal (arang), pensil, dan belakangan juga lagi sering menggambar dengan pen tablet.
Dari berbagai alat dan media yang Winny pakai, darimana Winny belajar?
Saya belajar sendiri. Yaa beberapa kali saya lihat contoh menggambar dengan charcoal itu seperti apa, tekniknya seperti apa, dan saya aplikasikan sendiri. Karena setiap media yang saya pakai kan tekniknya memang berbeda-beda.
Dari mana saja Winny mendapatkan inspirasi untuk melukis?
Saya dapat inspirasi dari banyak orang. Saya juga aktif di beberapa media sosial seperti Tumblr, Pinterest, Instagram, Twitter, Facebook. Dari media sosial-media sosial itu lah saya tahu banyak orang hebat dan saya merasa seperti dikelilingi oleh orang-orang hebat itu. Saya follow semua orang yang karyanya saya anggap luar biasa dan menjadikan beberapa gambar mereka sebagai referensi saya. Tapi bukan berarti saya mencontek atau menjiplak karya-karya mereka, ya… dari karya-karya mereka biasanya saya ambil secara parsial dan menggabungkannya dengan ide yang saya punya atau dari beberapa part juga dari orang yang lain lagi dan menggabungkan itu semua jadi satu.
Banyak ide yang mengalir terutama ketika saya baca buku, menonton tv, atau bahkan saat saya di toilet sekalipun, sering sekali tiba-tiba ide itu bermunculan.
Apa yang paling sering digambar oleh Winny?
Saya suka sekali menggambar pemandangan.
Ada alasan khusus kenapa Winny suka menggambar pemandangan?
Karena saya suka menciptakan atmosfer dan menciptakan sebuah cerita dari situ. Bagi saya, sebuah gambar itu harus memiliki cerita di baliknya. Apa yang ada di sana, kenapa tergambar seperti itu, apa yang diceritakan dari gambar itu, yaa semacam pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Beralih ke perihal kompetisi melukis yang diadakan oleh SGU (Swiss-German University –red) nih, Win. Winny tahu darimana ada kompetisi melukis yang diadakan SGU ini?
Kalau nggak salah saya tahu dari website Nextgen yang mengumumkan kompetisi itu.
Berapa lama persiapan Winny dari masa pedaftaran hingga kompetisinya berlangsung?
Dari pendaftaran hingga kompetisi itu hanya sekitar 2 minggu, dan itu pun persiapannya agak berbenturan dengan persiapan untuk UTS. Karena ternyata pelaksanaan kompetisinya tepat sekali setelah penyelenggaraan UTS selesai. Dari masa pendaftaran hingga akhirnya pelaksanaan kompetisi, saya hanya sempat latihan 3-4 kali yang saya rasa masih sangat kurang karena di sisi lain saya juga harus mempersiapkan diri dan belajar untuk menghadapi masa UTS di kampus.
Pada saat mendaftar kompetisi, apakah Winny sudah tahu mau menggambar apa? Apakah di pengumuman kompetisinya ada keterangan mengenai tema lukisan yang dilombakan?
Jujur aja, waktu itu saya baru kepikiran mau menggambar apa tuh pada detik itu juga saat lomba. Jadi saya benar-benar menuangkan ide secara spontan saja.
Apa sih yang waktu itu Winny lukis?
Waktu itu saya melukis jungkat-jungkit dan ada orang yang berdiri di atasnya, dimana orang tersebut harus memilih sisi mana dia akan berdiri sementara ada sisi yang kosong dan sisi yang berlawanan ada batu-batu yang bisa menyangga.
Apa sih tema yang diberikan panitia dalam lomba lukis tahun ini?
Temanya “Technology and Us”. Makanya saya menggambar jungkat-jungkit. Maksudnya sih saya mau menceritakan bahwa sisi teknologi pun ada dampak baik dan buruknya, apapun yang kita pilih. Saya juga banyak berdiskusi dengan Pak Eka (Dr. Eka Ardianto – Wadek III Sekolah STEM Terapan Universitas Prasetiya Mulya –red). Waktu itu Pak Eka sempat bilang, “Win, coba kalau lukisannya itu ada semacam metaforanya.” Jadilah saya melukis itu sebagai metafora dari pilihan dan konsekuensi penggunaan teknologi.
Menurut Winny, adakah perbedaan feel yang dirasakan ketika melukis untuk sekedar iseng dan mengisi waktu dengan melukis untuk kompetisi?
Ada, memang feel-nya berbeda sekali, ya. Kalau melukis untuk sekadar mengisi waktu luang kan nggak ada beban sama sekali. Mau menggambar apa saja bebas, nggak ada tekanan. Kalau untuk kompetisi kan ada pikiran seperti, “Aduh, menang nggak ya? Bagus nggak ya lukisannya? Orang suka nggak ya?” Yaa semacam perasaan-perasaan itu yang nggak kepikiran sama sekali kalau melukis untuk sekadar iseng-iseng.
Pada saat kompetisi berlangsung, berapa lama durasi yang Winny butuhkan untuk menyelesaikan lukisannya?
Hemm… Total saya butuh sekitar 4-5 jam dari total 9 jam waktu yang disediakan panitia kompetisi.
Wow, hanya dalam separuh waktu yang disediakan lukisannya sudah selesai! Hebat sekali! Terus waktu sudah selesai, lukisannya langsung dikumpulkan atau masih dilihat-lihat lagi dan mungkin ada yang diperbaiki sedikit-sedikit?
Nggak ada yang saya ubah sih, soalnya kan beda ya melukis di kanvas pakai cat minyak dengan menggambar sketsa yang pakai pensil, atau bahkan menggambar dengan aplikasi komputer yang mungkin masih bisa diperbaiki atau di-retouch. Tapi ini kan nggak bisa begitu ya, jadi ya sudah pasrah saja, hahahaha….
Terus waktu pertama kali lihat lukisan Winny sudah selesai, apa yang Winny rasakan?
Ya udah pasrah aja.
Ada perasaan ingin ngubah lukisannya ga?
Sebetulnya ya pengen, hahahahaa… Aku sempet sih mikir, “Kok ini jadi gini ya lukisannya?” Hahahaa…
Lukisan Winny kan kemudian dipamerkan. Sebelumnya pernah nggak Winny menghasilkan karya yang kemudian dipamerkan dan bisa dilihat banyak orang? Gimana perasaan Winny tahu bahwa kali ini karyanya dipamerkan?
Belum pernah sebelumnya saya punya karya yang dipamerkan dan dilihat orang banyak, dan jadinya saya deg-degan banget. Saking deg-degannya saya sampai nggak berani ke Living World (salah satu kawasan belanja di bilangan Alam Sutera, Tangerang, tempat pameran lukisan diselenggarakan –red).
Lho, Winny jadinya nggak sempat ke sana ya?
Iya, saya nggak berani ke sana. Deg-degan, takut. Takut di-judge sama orang-orang karena saya tergolong yang perfeksionis jadi saya takut sedih kalau ada orang yang jelas-jelas yang menilai karya saya jelek.
Tapi apakah Winny pernah lihat hasil karya peserta yang lain setelah kompetisinya selesai?
Cuma ada 1 lukisan yang saya lihat. Saya memang sempat kenalan sama dia, tapi saya lupa siapa namanya dan dari kampus mana. Karena setelah kompetisi itu tidak pernah komunikasi lagi.
Setelah hasil karya peserta kompetisi melukis dipamerkan di Living World, kapan pemenang kompetisi tersebut resmi diumumkan panitia?
Jadi selama seminggu setelah kompetisi, hasil karya semua peserta dipamerkan di Living World dan setelah satu minggu, pemenang diumumkan berdasarkan hasil voting dari pengunjung.
Kalau Winny nggak datang saat hasil kemenangan diumumkan, lantas dari mana Winny tahu kalau Winny belum berhasil jadi salah satu pemenang di kompetisi itu?
Saya tahu dari Ratna, teman seangkatan dari STEM Prasetiya Mulya dan ikut kompetisi ini juga. Waktu hari pengumumannya itu, Ratna datang ke Living World dan kasih tahu ke saya siapa yang menang. Tapi jujur dari awal saya selesai melukis itu saya yakin nggak akan menang.
Kok keyakinannya malah seperti itu?
Nggak tahu ya, nggak bisa dijelaskan. Tapi memang saya merasa lukisan saya itu kurang bagus dan belum layak menang. Masih banyak yang harus dipelajari.
Berarti ketika diberitahu Ratna bahwa memang belum berhasil menang, gimana perasaan Winny?
Biasa aja sih, yaaa mungkin next time. Meskipun perfeksionis, saya ini orangnya gampang termotivasi juga. Nggak menang kali ini malah bikin saya penasaran dan ingin belajar lebih banyak lagi, belajar lebih banyak teknik.
Banyak yang bilang bahwa yang namanya seni itu sangat subjektif. Pendapat dari si A tentang bagus atau tidaknya sebuah karya, belum tentu si B juga bilang hal yang sama. Berarti gimana caranya Winny belajar dan tahu mana yang harus diperbaiki?
Banyak-banyak baca referensi dari orang-orang yang memang terkenal di bidang seni, dan khususnya dalam hal ini adalah seni lukis. Atau minimal ambil referensi dari beberapa foto. Biasanya saya lebih suka cara seperti itu untuk belajar. Pendapat orang yang memang ahli atau yang sudah berpengalaman tentu akan lebih banyak dipakai sebagai acuan. Jadi memang harus rajin cari-cari referensi tentang karya lukis.
(Hasil Lukisan Margaretha Winny Bastine Kho)