Pie susu merupakan komoditi Bali yang sedang naik daun diantara komoditi-komoditi lainnya karena rasanya yang unik dengan ukuran dan kemasan yang praktis untuk dibawa bepergian. Harga pie susu yang sangat terjangkau—sekitar Rp 1.250 sampai Rp 1.500 per buahnya—membuat komoditi ini menjadi primadona di mata pengusaha dan wisatawan. Namun, untuk membuat jajanan khas Bali ini, para pelaku usaha masih menggunakan bahan baku impor berupa tepung terigu. Gandum adalah bahan utama tepung terigu yang notabene tumbuh pada iklim dingin sehingga tidak dapat tumbuh di Indonesia. Hal ini yang menyebabkan angka impor gandum di Indonesia saat ini masih cukup tinggi yakni mencapai 8,1 juta ton. Berangkat dari permasalahan ini, salah satu cara menghadapi permasalahan ini adalah dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara optimal. Suweg salah satunya, tanaman yang masih kerabat bunga bangkai ini dapat menjadi substituen tepung terigu yang baik karena kandungan karbohidrat di dalamnya.
Kandungan karbohidrat dalam suweg yang cukup tinggi, menjadi potensi bagi suweg untuk menjadi pengganti tepung terigu dalam pembuatan panganan lokal dimana dalam 100 gram tepung terigu juga terkandung 71 gram karbohidrat. Lebih intimewa, suweg tidak mengandung protein jenis gluten layaknya yang terdapat pada terigu. Gluten adalah protein yang menyebabkan sebuah produk makanan mengambang, tetapi dapat pula menimbulkan reaksi alergi khususnya pada penderita Celiac. Pie susu khas Bali merupakan salah satu produk makanan yang tidak mengembang sehingga kehadiran gluten tidak diperlukan dan suweg dapat menjadi substituen yang diperkirakan dapat menggantikan tepung terigu dengan baik.
Pemanfaatan suweg sebagai substituen tepung terigu ini tentunya banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat. Selain dari sisi ekonomi, manfaat lainnya adalah kita dapat melestarikan pangan potensial yang tumbuh di Indonesia, menekan angka impor sebagian komoditi bahkan jika masyarakat petani berkenan membangun ekowisata suweg berbasis bisnis, lapangan pekerjaan baru akan terbentuk. Selain itu, suweg memiliki manfaat kesehatan yang cukup signifikan terutama bagi pengidap diabetes. Pemanfaatan suweg dengan manfaatnya yang banyak ini diharapkan mampu menjadi terobosan dalam dunia pangan sehingga masyarakat lebih termotivasi untuk menggunakan produk lokal. Masyarakat juga diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan pangan potensial di Indonesia agar Indonesia dapat mencapai kedaulatan pangan di masa mendatang.
Inovasi Ni Nengah Ari Widiastuti tersebut dituangkan dalam National Essay Competition “Inovasi Pangan Lokal Menjadi Ikon Nusantara” yang diselenggarakan oleh Festival of Food Technology 2017 Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Udayana.
STEM-Z berharap bahwa ide inovasi tersebut bisa dilanjutkan ke tahap prototipe
yang pada akhirnya bisa di komersialkan dan produk bisa ditampilkan di dalam Innovation Display.