Inovasi di Bidang STEM, Solusi Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim

1
583

Tahukah kamu? 26 miliar ton karbon dioksida (CO2) diproduksi setiap tahunnya dari berbagai sektor yang memperparah dampak climate change atau perubahan iklim. Informasi ini disampaikan pada acara webinar bertajuk “Climate Change & STEM Innovation” yang dibawakan oleh Dekan Sekolah STEM, Prof. Yudi Samyudia, Ph.D.

Pada awal pemaparannya, dinyatakan bahwa perubahan iklim merupakan gelombang yang menerjang manusia lebih dari resesi keuangan akibat Covid-19. Hal ini karena perubahan iklim yang disebabkan oleh lapisan gas rumah kaca seperti CO2 dan metana menyebabkan panas dari matahari terperangkap di bumi sehingga meningkatkan suhu bumi.

Berbagai sektor menyumbang pada emisi ini. Sektor manufaktur memimpin disusul sektor energi. Selain itu ada sektor pertanian, transportasi, dan jangan dilupakan hasil dari kenyamanan yang dihasilkan oleh AC di rumah masing-masing.

Dampak dari meingkatnya suhu bumi dan cara memprediksi jumlah emisi karbon

Walaupun hanya 2-3 derajat celcius, perubahan ini dapat berdampak besar bagi kehidupan manusia. Contoh nyata yang berada di depan mata adalah kondisi Jakarta yang diprediksi akan tenggelam. Hal ini bukan suatu hal yang mustahil, bahkan saat ini beberapa daerah telah lebih rendah dibandingkan permukaan laut.

Hal ini menjadi ancaman yang sangat penting untuk diatasi, apalagi perubahan iklim berpengaruh negatif pada kesehatan, kekayaan hayati, dan berbagai sektor lainnya.

Merujuk pada buku berjudul “How to Avoid Climate Disaster” yang ditulis oleh Bill Gates, Prof. Yudi menjelaskan Gates Equation yang dirumuskan sebagai CO2 = P x S x E x C. P merupakan people atau orang, sedangkan S dinyatakan sebagai service per person atau layanan yang diperlukan setiap orang.

Setiap saat, jumlah penduduk manusia semakin meningkat yang mana semakin maju sebuah kehidupan kebutuhan layanan akan semakin tinggi. Meningkatnya jumlah populasi dan kebutuhan pelayanan akan meningkatkan emisi CO2, contohnya semakin banyak orang maka emisi karbon yang dihasilkan dari konsumsi energi seperti listrik dan bahan bakar meningkat.

Coursety of alinea.id

Di sisi lain, layanan untuk mengincar kemudahan seperti hiburan, misal TV semakin meningkatkan kebutuhan energi yang juga menyumbang emisi karbon.

Kedua hal ini sulit untuk dikendalikan, namun dua aspek selanjutnya yakni energy per service (E) dan CO2 per unit energi (C) merupakan hal yang dapat dikendalikan. Hal ini lah yang menjadi salah satu pintu untuk menghadapi perubahan iklim. Energy per service berkaitan dengan efisiensi energi, misal motor yang sebelumnya membutuhkan 2 liter untuk menempuh jarak 10 meter ditingkatkan efisiensinya menjadi cukup hanya 1 liter untuk menempuh jarak yang sama. 

Sedangkan pada CO2 per unit energi merupakan emisi yang dihasilkan dari produksi energi. Misal sebelumnya dihasilkan 5 ton emisi dari produksi listrik sebesar 500 kwh, setelah ditingkatkan hanya dihasilkan 1 ton emisi untuk produksi yang sama. Banyak usaha yang diperlukan untuk semakin menurunkan emisi yang terjadi saat ini hingga mencapai Net Zero CO2 Emission.

Inovasi di Bidang STEM merupakan hal esensial untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan

Inovasi di bidang STEM menjadi sangat esensial dalam menghadapi masalah ini. Prof. Yudi menyampaikan inovasi yang diperlukan tidak hanya berfokus pada hal teknis. “From Lab to Market, through Collaborative Learning by Enterprising” merupakan kalimat yang disampaikan untuk menyampaikan pentingnya aspek ekonomi dan bisnis dari inovasi.

Terdapat tiga sektor di bidang STEM untuk menghadapi perubahan iklim. Ketiga sektor tersebut adalah Green Energy Product, Smart Healthy Food, dan Digital Technology Analytics. Ketiga hal tersebut harus digabungkan dengan jiwa entrepreneur untuk menyampaikannya kepada masyarakat.

Courtesy of climatebiz.com

Inovasi di bidang STEM yang disampaikan menjadi potensial antara lain penerapan circular economy, green building, decarbonize energy sector dan power system. Inovasi di bidang agriculture & living stock, fusion technologies, plant based burger, CO2 capture technology, efficient battery charging, serta berbagai teknologi yang tengah berkembang saat ini.

Baca juga : FARADAY : Solusi Ampuh Pecahkan Masalah Efisiensi Pengelolaan PLTS di Indonesia

Banyak cerita dan penjelasan menarik yang disampaikan Prof. Yudi pada sesi ini, namun hal yang menjadi bagian esensial adalah istilah “Green premium“. Green Premium merupakan istilah untuk biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menikmati energy bersih yang mengurangi emisi karbon.

Inovasi yang baik dan dapat tumbuh cepat di masyarakat adalah yang memiliki green premium yang rendah. Inilah yang menjadi tantangan untuk kita mengembangankan inovasi di bidang STEM untuk mencapai green premium yang rendah bahkan minus. Hal ini berarti teknologi ramah lingkungan memiliki harga yang lebih terjangkau.

Tertarik untuk bersama menyelamatkan dunia melalui inovasi di bidang STEM? Yuk bergabung dengan kami di Sekolah STEM Prasmul. Disini banyak jurusan dengan program dan fasilitas yang tepat banget buat kamu mengembangkan inovasimu. Apalagi ada STEMPreneur yang siap mendukung ide-ide brilianmu untuk menjadi kenyataan dan bersaing di dunia bisnis. Tunggu apa lagi yuk simak disini! Jangan lupa like dan share konten ini ke teman-teman kamu ya!

1 COMMENT