ETNOMATEMATIKA, SUDAH PERNAH DENGAR ISTILAH INI?

0
897
Proses Pembuatan Batik

Halo NextGener’s, siapa yang disini tidak suka bahkan takut dengan ilmu matematika? Apa yang kamu bayangkan ketika belajar matematika? Hitung-hitungan yang ribet atau guru yang killer? Jangan-jangan kamu suka matematika kalau gurunya baik nih?

Tapi, sejauh kamu belajar matematika sejak SD, atau bahkan TK, apakah kamu pernah mendengar istilah etnomatematika (ethnomathematics)? Mungkin kamu belum pernah mendengar maupun secara sadar tau apa itu etnomatematika, tapi percaya atau tidak, sejak SD kamu sudah sangat dekat dengan ilmu ini.

Matematika dalam Perspektif Lokalitas Budaya

Seperti kata pembangunnya, etnomatematika terdiri dari kata etno (etnik) dan matematika yang merupakan konsep ilmu matematika terapan yang mempelajari hubungan matematika dalam budaya. Budaya merupakan suatu aspek yang sangat luas, mulai dari karya seni, bangunan, tarian, makanan, kekayaan alam, bahkan pola komunikasi ataupun gaya hidup masyarakat.

Konsep Etnomatematika (diadaptasi dari Rosa dan Orey, 2013)

Konsep etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh D’Ambrosio pada tahun 1977 dan banyak dipelajari semenjak tahun 1985. Ubiratan D’Ambrosio merupakan guru besar atau matematikawan dari brazil. Secara perkembangannya etnomatematika tidak hanya mencakup etnik, namun cakupan yang lebih luas dan sekarang dikenal sebagai culture anthropology of mathematics atau kajian matematika ataupun pendidikan matematika dalam antropologi budaya.

Sedekat Apa Etnomatematika dengan Kita?

Etnomatematika sejatinya hadir untuk mengakui ada suatu cara atau metode matematika yang berbeda dengan mempertimbangkan ilmu yang dirundingkan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Sedekat bagaimana suku Jawa (Kejawen) yang memperhitungkan hari baik ataupun perhitungan kalender. 

Begitu pula di suku Bali yang memiliki perhitungan kalender dan hari baik. Menariknya, perhitungan ini banyak dibuktikan kebenarannya secara ilmiah tidak hanya kepercayaan saja. Penelitian ini memperhitungkan “nilai” kecocokan hari untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya menanam bawang berdasarkan perhitungan yang dimiliki secara turun temurun, lalu dibandingkan dengan data BMKG yang melihat curah hujan, kelembapan, dan parameter lain. Hebatnya, perhitungan yang berlandaskan budaya ini terbukti sesuai dengan keadaan secara ilmiah.

Lebih dekatnya lagi, banyak penelitian etnomatematika yang mengkaji batik yang ada di Indonesia. Mungkin kamu sudah pernah dengar istilah batik fractal yang merupakan pola batik hasil bentukan rumus matematika yang memanfaatkan persamaan garis yang diberikan translasi, transformasi, serta perubahan geometris lainnya. Kajian etnomatematika dapat berupa ekstraksi budaya-budaya setempat yang menjadi dasar pembentukan persamaan garis dan pola batik.

Lebih Dekat Lagi, Pendidikan Matematika dalam Permainan Tradisional

Tidak dapat dipungkiri, permainan tradisional saat ini sudah semakin sepi peminat. Namun, pastinya kamu pernah bermain salah satu dari berbagai permainan tradisional yang ada, seperti engkling atau engklek yang banyak dikenal di Jawa.

Ilustrasi Permainan Engkling (Sumber: MerahPutih.com)

Pemain engkling membuat gambar kotak-kotak sedemikian rupa kira kira panjang setiap sisinya 30 sentimeter. Pemain biasanya menggambarnya di halaman dengan bata, kapur atau menggambar langsung di tanah. Permainan ini juga merupakan budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia. 

Melalui permainan tradisional engkling siswa dapat belajar matematika materi berhitung dari satu sampai dengan sepuluh, ataupun variasi pola engkling lainnya. Selain itu siswa bisa mengidentifikasi ciri-ciri bangun persegi pada gambar engkling, bahkan siswa juga dapat belajar jaring-jaring kubus.

Begitu luas kajian etnomatematika yang telah dieksplorasi, namun pasti masih banyak hal yang dapat digali dari budaya manusia, khususnya Indonesia. Bagi kamu yang suka mengembangkan persamaan atau algoritma, mengambil salah satu kearifan lokal untuk menjadikannya dasar dalam penentuan premi asuransi. Ataupun mengambilnya menjadi algoritma kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). 

Tertarik dengan konten seperti ini? Jangan lupa like, comment, dan share ke teman-teman kamu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya (Jus).