Siapa dari NextGeners yang belum kenal dengan genre musik Electronic Dance Music atau cukup disingkat EDM? Hemm.. Mungkin bagi yang belum tahu seperti apa musik EDM ini, pernahkah kalian mendengar nama David Guetta, Avicii, Zedd, Tiësto, atau yang paling happening saat ini – The Chainsmokers? Nah, mereka-mereka adalah pengusung genre musik EDM yang belakangan ini jadi tren anak muda.
Meskipun masih banyak sekali yang menganggap remeh jenis musik ini karena terlalu berantakan dan berisik, sebetulnya EDM adalah genre musik yang paling dekat dengan teknologi lho. Nggak percaya? Coba kita bahas tentang alat tempur mereka ya.
EDM ini sebetulnya sudah ada sejak tahun 1960-an. Dengan bekal vinyl dan turntable, para DJ (Disk Jockey) meramu musik mereka dengan memasukkan unsur-unsur suara elektronik, meskipun pada saat itu tujuan penggunaan suara-suara itu adalah untuk mengatasi masalah teknis. Dulu, ketika teknologi hardware dan software belum seperti sekarang, para DJ merekam suara-suara yang akan mereka pakai ke dalam piringan hitam. Penyebaran musik mereka pun hanya bisa dari klub ke klub. Kebayang nggak repotnya para DJ waktu itu yang harus bawa-bawa banyak vinyl untuk sekali manggung di sebuah klub?
Kemudian kita maju ke era 1980-an dimana vinyl atau piringan hitam sudah nggak banyak dipakai dan digeser oleh keberadaan CD yang bisa memuat lebih banyak data suara. Teknologi ini juga memungkinkan DJ secara cepat mengakses cue point yang tidak dapat dilakukan oleh vinyl dan turntable. Selain lebih praktis, harga CD juga lebih murah dibanding vinyl lho!
Daaaan…. masuk ke era milenium baru 2000-2010-an dimana pemanfaatan teknologi makin gencar dilakukan. Alat yang digunakan oleh seorang DJ semakin rumit dari segi teknologi, tetapi bisa membantu mereka mengeksplor lebih banyak suara dan menyimpan lebih banyak data. Berbekal laptop yang bisa dilengkapi oleh beberapa piranti lunak untuk memasukkan suara dari Synthesizer, mengolah musik dan menyelipkan manipulasi suara dengan Mixer yang lebih canggih, hingga penggunaan Launchpad yang sangat portable.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, baik dari hardware yang semakin portable maupun software yang mendukung hardware, sampai pemasaran musik EDM yang sekarang banyak mengandalkan media sosial dan beberapa laman penyedia musik, semua menggunakan teknologi.
Hal ini juga menyebabkan genre EDM ini berkembang pesat dan terpecah lagi menjadi beberapa sub-genre karena banyaknya kesempatan para DJ untuk mengeksplorasi jenis-jenis suara baru dengan menggunakan teknologi yang ada.
Belum lagi kalau membicarakan tentang penggunaan teknik LASER dalam setiap penyelenggaraan pertunjukan besar musik EDM. Sebut saja penyelenggaraan Djakarta Warehouse Project (DWP) yang didaulat sebagai pertunjukan musik EDM terbesar se-Asia Tenggara. Nggak cuma menyajikan musik yang memacu adrenalin, tapi permainan LASER dan tata cahaya berteknologi tinggi yang bahkan bisa mengimitasi dentuman musik bisa memanjakan mata penikmatnya.
So, NextGeners jangan underestimate dulu tentang musik EDM yang berisik itu. Karena kalian bisa belajar banyak tentang pemanfaatan teknologi di dalamnya, dan plusnya lagi bisa sambil dinikmati juga musiknya yang bisa bikin semangat.
Source:
https://kumparan.com/yusuf-abdul-qohhar/edm-dan-stereotip-musik-abal-abal
https://republikmusisi.com/perkembangan-musik-edm/
https://aryyasanggrazone.wordpress.com/2014/07/26/sejarah-musik-edm-elektronik-dance-music/
https://electronicdisharmony.wordpress.com/2013/01/31/alat-alat-yang-digunakan-dj/
https://jadiberita.com/97045/mengintip-transformasi-peralatan-dj-masa-masa-keren.html