Mungkinkah sebuah susu diubah menjadi sebuah kain yang dapat digunakan untuk menjadi bahan pakaian? jawabannya mungkin. Selama ini NextGeners mengenal susu sebagai asupan gizi yang bisa diminum langsung ataupun sebagai bahan campuran untuk minuman atau makanan. Penasaran dengan inovasi tersebut, mari NextGeners baca pembahasan STEM-Z kali ini.
Ide inovasi ini diawali dari seorang desainer yang sekaligus pakar mikrobiologi Anke Domaske yang berasal dari Jerman. Domaske menghabiskan waktu selama satu tahun di peternakan sapi di Idaho, Amerika Serikat. Pengalamannya selama di peternakan itu tak disangka menginspirasi kesuksesan yang dimilikinya sekarang.
Baju-baju tersebut berasal dari protein susu, bahan yang dihasilkan lembut, hampir setara dengan kain sutera. Domaske memproduksi serat tekstil dari “susu buangan” yang tidak untuk dikonsumsi oleh manusia. Domaske mulai mengolah idenya di dapur, saat baru lulus kuliah jurusan mikrobiologi. Mixer, termometer besar untuk membuat selai, dan bubuk protein susu dibelinya di toko. Tujuannya menghasilkan serat yang bisa digunakan untuk membuat pakaian. “Kami bereksperimen selama hampir setahun hingga menemukan formula yang pas yang tidak larut dalam air. Ini hal penting untuk serat tekstil. Nantinya harus bisa dicuci.”
Domaske lantas menjelaskan cara membuat serat protein dari susu “Setelah susu menjadi asam, di bagian bawah ada air dadih dan dibagian atas gumpalan putih. Ini protein susunya. Setelah dipsahkan diperoleh dadihnya yang dikeringkan menjadi bubuk protein susu. Ini yang jadi bahan mentah, yang kami campur menjadi adonan yang dipres dalam spuyer untuk memperoleh serat yang sangat halus. Serat diolah menjadi benang dan pada akhirnya menjadi baju cantik ini. Semuanya alami dan bahkan bisa dimakan.”
Baju organik yang diberi nama Qmilch dibuat dengan biaya produksi yang murah dan sifatanya berkelanjutan. Baju Qmilch termasuk baju yang anti alergi, antibakteri, dan membantu mencegah penuaan bagi orang yang memakainya. Protein pada produk sampingan susu mengandung 18 asam amino yang menyimpan nutrisi untuk melembutkan kulit, mengatur suhu tubuh, dan menjaga keseimbangan air.
“Industri tekstil tentunya mencari produksi serat yang hemat bahan bakar, ekonomis, dan ekologis tanpa menurunkan kualitas bahan. Serat Qmilch mampu menggantikan bahan serat yang pernah ada, “menurut Lars Bostan dari Fiber Institute, tempat dimana Anka mengembangkan serat yang terbuat dari protein susu sapi.
Bagaimana menurut NextGeners mengenai inovasi kain yang terbuat dari protein susu ini? sangat menginspirasi pastinya ya. Jika selama ini tidak banyak orang yang memanfaatkan protein susu tersebut maka dengan inovasi tersebut, protein susu memiliki manfaat baik lainnnya. Jika NextGeners ingin berinovasi seperti Anke yang berhasil menciptakan kain dari protein susu, maka kita tunggu NextGeners untuk berinovasi di bidang Food Business Technology.
Sumber Referensi:
https://news.trubus.id/post/unik-desainer-bikin-baju-yang-terbuat-dari-protein-susu-sapi-2624
http://www.dw.com/id/pakaian-dari-susu-sapi/a-36244940
http://bobo.grid.id/Info-Bobo/Serba-Serbi/Di-Tangan-Pakar-Mikrobiologi-Susu-Bisa-Dibuat-Kain
Sumber Gambar:
(featured image) www.inhabitat.com