Diluar sana banyak para inovator yang berlomba-lomba menciptakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak bergantung pada sumber energi fosil. Seperti yang teman NextGeners tahu, jika sumber energi fosil sekarang sudah menipis, sedangkan kebutuhan akan sumber energi seperti bahan bakar minyak , gas, batu bara terus meningkat.
Salah satu potensi yang bisa dilakukan dalam menghasilkan sumber energi terbarukan adalah memanfaatkan limbah perikanan. Negara kita ini merupakan Negara Maritim yang memiliki kekayaan laut yang sangat besar, mulai dari jenis ikan, terumbu karang, dan biota laut lainnya. Hal tersebut berbanding lurus dengan limbah perikanan yang semakin meningkat karena adanya peningkatan konsumsi manusia untuk sumberdaya perikanan. Limbah yang dihasilkan dari perikanan ini berupa kulit, tulang, kepala, ekor dan jeroan.
Jika melihat tumpukan limbah tersebut sangat disayangkan padahal terdapat potensi yang dimiliki limbah tersebut, sejauh ini kebanyakan limbah tersebut berakhir pada tempat pembuangan akhir dan menghasilkan pencemaran udara akibat pembusukan dari limbah tersebut. padahal dari limbah perikanan tersebut dapat di manfaatkan sebagai sumber energi terbarukan yang ramah. Seperti yang dilakukan oleh anak bangsa di Indonesia.
Sosok tersebut yang memanfaatkan limbah perikanan adalah Machfud Firmansyah yang berasal dari kota Malang dan juga mahasiswa yang beralmamater Universitas Brawijaya dengan jurusan teknik bersama dengan dosen pengagas nya Eka Maulana. Pemuda ini memanfaatkan limbah tulang ikan yang sangat bermanfaat sebagai sumber energi terbarukan. Machfud mengatakan jika membuat baterai ini terbilang sederhana tapi butuh ketelitian. Energi yang dihasilkan dari baterai ini juga tidak kalah dengan baterai pabrikan.
Untuk membuatnya juga cukup sederhana loh NextGeners. Machfud mengatakan untuk membuatnya dibutuhkan tulang ikan tuna seberat minimal 500 gram (tulangnya hanya bagian badan), kemudian tulang tersebut disangrai dan dijemur selama beberapa hari. Setelah itu, tulang dihancurkan hingga menjadi serbuk. Garam pun kemudian dicampur dalam serbuk itu dengan komposisi 2 gram serbuk tulang dan 1 gram garam. Setelah dicampur, didiamkan minimal sehari penuh agar kandungan dari kedua bahan itu meresap dan bisa menghasilkan energi.
Setelah berhasil mencapurkan kedua bahan tersebut, tinggal mencari baterai bekas sesuai ukuran yang diinginkan. Dengan membersihkan terlebih dahulu isi serbuk yang terdapat di dalam baterai, jika sudah tinggal dimasukkan campuran tulang ikan dan garam ke dalamnya. Baterai yang berasal dari limbah perikanan ini mampu menghasilkan energi antara 0,9 volt sampai 1,4 volt. Dengan ukuran sebesar baterai jam dinding, baterai ini mampu bertahan minimal satu bulan penuh dan tentunya tidak kalah dengan baterai pabrikan.
Baterai pun sudah bisa digunakan kembali. Baterai dari tulang ikan ini mampu menghasilkan energi antara 0,9 volt sampai 1,4 volt. Jika seukuran baterai jam dinding, baterai ini mampu bertahan minimal 1 bulan penuh tak kalah dengan baterai pabrikan.
Ternyata memang sebuah limbah seperti tulang ikan yang sudah tidak terpakai lagi pun masih memiliki nilainya, semoga saja tidak hanya tulang ikan yang dapat diubah menjadi sumber energi terbarukan, tetapi juga dapat memanfaatkan bagian dari limbah perikanan lainnya, sehingga Indonesia kedepannya tidak perlu mengimpor bahan bakar fosil dari luar sana.
Apakah NextGeners juga tergerak hatinya untuk menjadi orang yang bergerak untuk menghasilkan sumber energi terbarukan yang ramah untuk lingkungan? Yuk NextGeners kita tunggu untuk berinovasi di bidang Renewable Energy Engineering.
Sumber Referensi:
https://berandainovasi.com/potensi-limbah-ikan-sebagai-energi-alternatif-yang-menjanjikan/
Sumber Gambar: