Tangerang, Nextgen — Mahasiswa STEM Prasmul kembali ukir prestasi. Prestasi kali ini datang dari mahasiswa Food Business Technology, Ni Putu Mayni Wulaningsih atau akrab disapa Wulan. Wulan berhasil mengantongi penghargaan usai mengikuti kompetisi Hackathon Forest Harvest Community-based NTFP Enterprise (CBNE). Kompetisi ini diselenggarakan oleh Non-Timber Forest Products – Exchange Programme (NTFP-EP) Asia.
CBNE digelar guna mencari ide-ide brilian di industri NTFP. Pergelaran ini diikuti oleh berbagai strata, disiplin ilmu, dan profesi. Mahasiswa, programmer, NGO, entrepreneur, profesor, dan peneliti dari berbagai negara, seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, India, dan Nepal turut ‘unjuk gigi’ pada kompetisi ini. Namun, hal ini tak membuat Wulan gentar dan tetap percaya diri dengan inovasinya.
Pada kompetisi ini, Wulan membawa inovasi yang berjudul ‘Briket dan Waste Water Treatment sebagai Solusi Berpeluang dalam Pengolahan Limbah Produksi Sagu Sungai Tohor’. Ide ini berawal dari melimpahnya limbah pengolahan sagu di sepanjang Sungai Tohor. Wulan berusaha agar limbah tersebut bisa diolah menjadi produk yang memiliki value tinggi. Selain itu, Wulan juga merancang sistem waste water treatment guna mengurangi pencemaran air.
Pengolahan sagu merupakan salah satu mata pencaharian utama penduduk Sungai Tohor, Kepulauan Meranti, Riau. Artinya, demi kelangsungan hidup penduduk akan terus melakukan hal tersebut. Konsekuensinya limbah akan terus meningkat. Peningkatan limbah akan menyebabkan polusi yang membabi buta dan dapat merusak lingkungan. Karenanya dibutuhkan ‘win-win solution’ untuk permasalahan ini.
Pengolahan sagu menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Inovasi yang ditawarkan oleh Wulan adalah mengolah limbah padat menjadi briket dan menyaring limbah cair yang larut pada air dengan metode waste water treatment. Briket merupakan blok bahan yang bisa digunakan untuk menyalakan api. Briket yang dihasilkan dapat digunakan masyarakat untuk masak atau bisa dijual ke industri yang membutuhkan briket.
Selanjutnya, waste water treatment. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat krusial. Buruknya kualitas air yang digunakan atau diminum akan berdampak pada kesehatan. Selain itu, kualitas air yang buruk juga dapat merusak ekosistem sungai. Nah, waste water treatment ini berguna untuk memurnikan air dari kontaminan, dalam hal ini limbah cair pengolahan sagu, agar kesehatan masyarakat dan ekosistem sungai terjaga dengan baik.
Berkat inovasi brilian ini, Wulan berhasil memperoleh penghargaan peringkat pertama pada kategori Most Innovation and Energy Award. Pada proses perumusan inovasi ini, Wulan banyak dibantu oleh beberapa pihak yaitu Komunitas Sagu Sungai Tohor dan dosen pembimbing.
Wulan bekerja sama dengan komunitas sagu dalam memenuhi data lapangan yang dibutuhkan saat proses perumusan. Hal ini tentunya berdampak signifikan, mengingat data merupakan kunci dalam menciptakan inovasi.
Bimbingan dari dosen juga merupakan hal yang krusial, mengingat dosen memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas guna memberikan insight kepada wulan. Pada proses perumusan, Wulan dibimbing oleh Bapak Yalun Arifin, Ph.D. dan Ibu Fransisca Wijaya, M.P. Tentunya pencapaian ini juga merupakan hasil kerja keras Wulan sebagai penggagas dari inovasi brilian ini.
“Kesempatan dan penghargaan ini memberikan saya pelajaran hidup bahwa kesempatan emas datang pada situasi yang tidak terduga, jadi maksimalkan setiap proses tanpa tekanan ekspektasi hasil, maka kita akan mampu menjadi yang terbaik,” ujar Wulan.
Mau menjadi mahasiswa seperti Wulan? Kuliah di STEM Prasmul merupakan pilihan yang tepat untuk kamu. Di sana kamu akan bertemu dengan dosen-dosen dengan wawasan, pengetahuan dan pengalaman luas yang siap membimbing kamu menjadi seperti Wulan. Tunggu apa lagi? Yuk kepoin STEM Prasmul di sini. See ya!