Anda pernah mendengar istilah Quick Count? Istilah Quick Count pasti sering Anda dengar saat pelaksanaan pilkada, pemilu, maupun pemilihan preseiden. Namun, masih banyak yang belum mengerti dan memahami apa sebanarnya Quick Count tersebut dan bagaimana cara kerjanya. Pengertian Quick Count adalah metode verifikasi hasil pemilihan umum, yang datanya diperoleh dari sampel acak beberapa TPS yang terpilih. Berbeda halnya dengan hasil perhitungan resmi dari pemerintah yang diumumkan melalui oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dimana seluruh suara di setiap TPS dihitung kemudian diakumulasi. Kelebihan dari quick count adalah cepat dan memiliki fungsi utama sebagai alat kontrol terhadap penyelenggara pemilu dan memperkirakan perolehan suara pemilu.
Metode quick count ini juga sangat erat kaitannya dengan matematika dan statistika. Kita akan menerapkan ilmu peluang, sebaran, sampling, dan deskripsi data yang dipelajari pada kedua bidang ilmu tersebut. Agar Anda tidak salah memahami hasil quick count hal-hal penting tentang quick count akan disampaikan secara ringkas dibawah ini.
Tahapan Quick Count:
- Menentukan sampel TPS
Langkah pertama membangun mesin quick count adalah menentukan sampel TPS. sampel TPS yang diambil harus diambil secara acak dan representatif dengan mewakili karakteristik populasi pemilih.
“Semakin besar jumlah sampel TPS yang diambil, semakin kecil tingkat kesalahan atau Margin of Error (MoE).
Tetapi ada trade offnya secara ekonomi yaitu tentuntya semakin banyak jumlah sampel, semakin besar pula dana yang dikeluarkan karena berkaitan dengan honor dan transportasi para relawan.
Metode sampling yang umumnya digunakan adalah multistage random sampling yaitu suatu teknik pengambilan contoh secara bertahap. Misalkan untuk quick count pemilihan presiden pengacakan dimulai dari pengacakan kecamatan, RW, RT, dan TPS yang akan menjadi sampel .
- Merekrut relawan
Merekrut relawan adalah langkah kedua membangun tahapan melakukan quick count, setelah menentukan sampel TPS. Para relawan ini bertugas memantau TPS hingga rekapitulasi suara untuk kemudian mengirimkannya ke pusat data.
Umumnya relawan direkrut berdasarkan asal kelurahan di mana sampel TPS berada. Alasannya, para relawan bisa lebih mengetahui tantangan geografis dan sosial wilayah TPS. Relawan juga dibekali dengan pelatihan mengenai quick count. Selain memberikan logistik, relawan akan mendapat pengetahuan dan keahlian dari tutor di tingkat provinsi.
Quality control berlapis juga perlu dilakukan terkait relawan agar hasil quick count akurat. Pertama, ada spotchecker yang bertugas secara acak untuk mengetes pengetahuan relawan mengenai quick count di TPS. Kedua, keberadaan relawan harus diketahui oleh pihak Kelompok Panitia Penyelenggara Suara (KPPS) setempat. Setiap relawan, kuesionernya ditandatangani atau dicap oleh KPPS setempat sebagai bukti kalau dia ada di TPS.
- Simulasi quick count
Setelah perangkat sistem quick countterbentuk, langkah selanjutnya adalah menguji coba apakah sistem tersebut telah bekerja dengan baik. Simulasi quick countumumnya dilakukan selama seminggu sebelum pemilu berlangsung.
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan sistem quick count. Dengan demikian, kata dia, human error dan technical error tidak terjadi pada hari-H.
- Mengirim rekapitulasi ke pusat data
Para relawan yang memantau di setiap TPS akan mengirim hasil rekapitulasi suara dalam formulir C-1 dengan menggunakan layanan pesan singkat atau SMS. Mereka mengirimkan hasil rekapitulasi ke pusat data. Setelah masuk ke data center, kemudian ditabulasi. Pihak pelaksana quick count juga umumnya juga menggunakan layanan call centeryang terdiri dari 50 orang yang berada di tingkat pusat. Penggunaan call center itu, kata dia, bertujuan untuk menjemput data di TPS yang terlambat masuk. - Mengolah data dan menampilkan hasil
Setelah data TPS masuk ke pusat data, maka data tersebut akan diolah melalui perangkat lunak (software) yang dibuat oleh programer. Lembaga survei yang relatif lebih mapan biasanya memiliki softwareyang canggih untuk mengolah data. Proses pengolahan data dilakukan dengan menerapkan ilmu statistik yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Data yang berasal dari TPS akan terus masuk dan puncaknya biasanya terjadi sekitar pukul 14.00 hingga 15.00. Biasanya, hasil quick count mulai stabil saat data yang masuk sudah mencapai 80 persen. Oleh karena itu , meski data belum masuk semua, terkadang lembaga quick count sudah mengumumkan hasilnya kepada masyarakat siapa yang menjadi pemenang pemilu.
Cara membaca Hasil Quick Count yang Benar
Sekarang kita asumsikan, lembaga-lembaga survei melaporkan Margin of Error (MoE) adalah benar. Maka cara membaca hasil quick count yang benar adalah sebagai berikut. Kita ambil contoh hasil quick count dari XXXX yang menggunakan tingkat kepercayaan (α) 95% dan diperoleh hasil akhir quick count adalah calon A memperoleh suara 47.02% (Pa) dan calon B memperoleh hasil 52.98% (Pb)serta MoE yang diperoleh sebesar 0.62. Setelah hasil tersebut diperoleh kemudian secara sederhana kita harus menghitung confidence interval yang dihitung dengan rumus persentase pemilih (P)±MoE dan penjabaran maknanya adalah sebagai berikut:
- Dengan kemungkinan 95%, maka persentase perolehan suara calon A adalah berada diantara 46,40%-47,64%, sedangkan persentase perolehan suara calon B adalah berada diantara 52,36%-53,60%.
- Masih ada kemungkinan 5% bahwa persentase perolehan suara calon B bukan di antara 46,40%-47,64% dan persentase perolehan suara calon B bukan di antara 52,36%-53,6%.
- Dengan kata lain, ada kemungkinan 2,5% persentase perolehan suara calon A ada di bawah 46,40% dan ada kemungkinan 2,5% persentase perolehan suara calon A di atas 47,64%.
- Begitu juga sebaliknya ada kemungkinan 2,5% persentase perolehan suara calon B ada di bawah 52,36% dan ada kemungkinan 2,5% persentase perolehan suara calon B di atas 53,60%.
- Jika kita berandai-andai secara santai untuk 100 kali pemilihan dan menghasilkan angka yang sama, maka 95 kali pemilihan akan mengikuti hasil poin (1), sedangkan pada 5 pilpres akan menghasilkan hasil yang berbeda.
Seperti kita lihat di atas, hasil quick count tidak memberikan kesimpulan yang pasti. Sehingga,agak berlebihan jika ada peneliti survei yang ngotot bahwa kesimpulan surveinya pasti benar. Oleh karena itu, hasil quick count kadangkala tidak dapat digunakan untuk menunjuk siapa pemenang sesungguhnya.
Kapan hasil Quick Count meleset?
Hasil yang bertolak belakang ini menguatkan bahwa hasil quick count tidak bisa dipakai sebagai sandaran yang pasti. Lalu, mungkin kita bertanya mengapa hasil yang bertolak belakang ini bisa terjadi? Para ahli sudah mengungkapkan alasannya sebagai berikut:
- Lembaga survei tidak memahami metode sampling dengan baik sehingga sampel tidak representasif terhadap populasi
- Lembaga survei paham metodologi tapi pelaksanaan teknisnya berantakan.
- Lembaga survei tidak memahami metodologi. Lebih parah lagi, mereka tidak turun ke lapangan.
- Lembaga survei memahami metodologi dan teknis pelaksanaan tapi hasil yang muncul di lapangan diubah.
Sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/11/06330421/Bagaimana.Cara.Kerja.Quick.Count.
good reads, Bu!
Thank you pak sep!!