Mungkin kita sudah sering dengar istilah Food Entrepreneur. Seseorang yang disebut Food Entrepreneur kurang lebih adalah orang yang melakukan wirausaha di bidang pangan. Lalu mengapa perlu ada tambahan istilah Smart dan Healthy? Mari kita lihat latar belakang berikut.
Bisnis di bidang pangan (makanan dan minuman) merupakan salah satu bisnis terbesar di Indonesia. Data dari Kementerian Perindustrian di triwulan ketiga 2017 menunjukkan peran industri makanan dan minuman terhadap PDB industri non-migas sebesar 34,95 persen. Ini berarti sektor makanan dan minuman adalah kontributor PDB industri terbesar jika dibandingkan dengan subsektor lainnya.
Ada trend masa kini yang menunjukkan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih makanan dan minuman. Hasil survey oleh Nielsen’s New Global Health and Ingredient-Sentiment Survey di tahun 2016 menunjukkan masyarakat semakin menginginkan makanan yang sehat yang disertai pola makan yang sehat juga. Sekitar 80 persen responden membatasi atau melarang konsumsi makanan atau minuman tertentu. Survey yang sama juga menunjukkan sekitar 70 persen responden menghindari pengawet di makanan, bahan perisa, dan pewarna sintetis. Hal-hal ini menunjukkan peluang usaha yang besar di bidang makanan yang berfokus pada makanan sehat. Perlu upaya-upaya aplikasi ilmu Teknologi Pangan dan prinsip-prinsip Bisnis untuk menghasilkan produk-produk makanan sehat yang dipasarkan dengan strategi bisnis. Nah, di sinilah jelas perlu ada istilah Healthy di konsep Food Entrepreneur.
Healthy Food adalah makanan yang memiliki berbagai fungsi bagi kesehatan. Filsuf Yunani bernama Hippocrates pada 2500 tahun silam pernah berucap yang kurang lebih adalah “Let food be thy medicine and medicine be thy food.” Artinya bagaimana makanan yang kita makan mampu menjaga kesehatan yang baik. Makanan yang sehat bisa dibuat dengan menambahkan bahan pangan kaya nutrisi di makanan yang sebelumnya kurang bernutrisi. Misalnya biskuit dan sereal yang diperkaya alga Spirulina, oats, dan tomat. Ketiga bahan makanan ini memiliki keunggulan masing-masing. Spirulina kaya akan protein, mineral, dan antioksidan. Oats kaya senyawa beta glucan yang bermanfaat mengurangi level kolesterol terutama LDL. Tomat mengandung lycopene yang bisa mengurangi resiko kanker.
Membuat produk makanan seperti di atas tidak mudah. Kita harus berputar otak mencari solusi bagaimana memproduksinya dengan kualitas yang baik dan terjaga. Proses produksi harus dibuat efisien agar harga tidak terlalu tinggi. Kemudian kita harus punya strategi pemasaran yang tepat. Di sinilah arti kata Smart diperlukan di konsep Food Entrepreneur. Seorang pelaku bisnis pangan harus memiliki kekuatan teknologi yang terus berkembang agar bisa terus berinovasi. Salah satu contoh adalah Cimory yang terus mengaplikasikan teknologi pangan untuk menghasilkan produk makanan sehat seperti yogurt dengan berbagai variasi. Kita perlu lebih banyak Smart Healthy Food Entrepreneur untuk membuat Indonesia lebih sehat!
Gambar 1 Oats yang bermanfaat bagi kesehatan dengan mencegah kolesterol tinggi.
Gambar 2 Spirulina tablet dan produk kue kering yang difortifikasi dengan Spirulina yang dibuat di Universitas Prasetiya Mulya.
Penulis:
Dr Yalun Arifin
Referensi:
- Endro Priherdityo (2016), Survei: Masyarakat Indonesia Mulai Sadar Makanan Sehat. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160909050532-255-157172/survei-masyarakat-indonesia-mulai-sadar-makanan-sehat
- Ruma Arora Soni, K. Sudhakar, R.S. Rana (2017), Spirulina – From growth to nutritional product: A review, Trends in Food Science & Technology, Volume 69, Part A, Pages 157-171
- Fengmei Zhu, Bin Du, Baojun Xu (2016), A critical review on production and industrial applications of beta-glucans, Food Hydrocolloids, Volume 52, Pages 275-288
- Clare M. Hasler, Functional Foods (1998), Food Technology Magazine 52 (11): 63-70. http://www.ift.org/knowledge-center/read-ift-publications/science-reports/scientific-status-summaries/functional-foods.aspx
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada Stem.prasetiyamulya.ac.id